SINGAPURA, KOMPAS — Tim-tim asal Indonesia bertekad mempertahankan mahkota juara di ajang lomba rancang bangun mobil hemat energi Shell Eco-marathon Asia 2017 yang tengah digelar di Singapura pekan ini. Pada hari Minggu (19/3) nanti, 26 tim dari 18 perguruan tinggi di Indonesia akan mengadu mobil-mobil buatan mereka dengan lebih dari 100 tim dari 20 negara lain di Asia.
General Manager Team Sapu Angin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Annas Fauzy menuturkan, timnya menggunakan strategi mengurangi bobot mobil dari 130 kg menjadi 114 kg. Mobil tim tersebut berkonsep urban dengan bahan bakar solar.
Selain mengurangi bobot, tim juga menyetel mesin sedemikian rupa sehingga menggurangi gesekan. Begitu pula gesekan antara ban dan landasan. ”Namun, unsur yang paling penting adalah pengemudi karena memegang 60 persen faktor keberhasilan,” kata Annas.
Mereka menargetkan 1 liter solar dapat digunakan hingga jarak di atas 300 kilometer. Pada kompetisi tahun lalu di Manila, Filipina, mereka baru mencapai 249 kilometer dan keluar sebagai juara.
Tim tersebut juga mewakili Indonesia pada SEM dunia tahun lalu di London, Inggris. Namun, mobil mereka terbakar saat dibawa dari Indonesia ke London. ”Kami belajar dari pengalaman itu dan akan kami buktikan dalam kompetisi ini,” kata Annas.
Hingga Sabtu besok, panitia masih memberikan kesempatan kepada tim untuk menyempurnakan kekurangan mobil di arena lomba di Changi Exhibition Center, Singapura. Pada saat balapan nanti, mobil akan dilarikan di lintasan sepanjang 1,5 kilometer.
Siap pertahankan
”Kami siap mempertahankan gelar juara dengan beberapa strategi. Salah satunya mengurangi bobot mobil dari sebelumnya 105 kilogram (kg) menjadi 95 kg,” kata Manajer Tim Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Ramdhani, kemarin.
Ramdhani merupakan pengemudi mobil berkonsep urban dengan tenaga listrik yang menjadi juara Shell Eco-marathon (SEM) dunia di London, tahun lalu. Sebelum itu, tim Ramdhani juga memenangi SEM Asia di Manila. Dalam kompetisi kali ini, UPI mengirim dua tim untuk turun dalam dua kategori yang diperlombakan, yakni prototipe dan urban. Keduanya menggunakan tenaga listrik.
Mobil dengan konsep urban mirip dengan mobil yang digunakan di jalanan umum, tetapi ukurannya lebih kecil. Adapun prototipe bentuknya lebih sederhana dan berukuran jauh lebih kecil.
Mobil prototipe kebanyakan memakai tiga ban dengan lebar badan mobil kurang dari 50 sentimeter serta panjang kurang dari 2 meter. Bentuknya lonjong dan posisi mengemudi dengan cara telentang. Dua kategori itu bisa menggunakan daya listrik atau bahan bakar minyak.
General Manager SEM Norman Koch, Rabu (15/3) malam, mengatakan, kompetisi tersebut disiapkan bagi mahasiswa untuk berinovasi dan mengekspresikan kemampuan diri. Ini dilakukan untuk menjawab tantangan energi masa depan. Kendaraan harus didesain agar hemat energi.