Kilas Iptek

Campuran Alkohol-Minuman Energi Makin Berisiko

Campuran alkohol dan minuman energi meningkatkan risiko dibanding mengonsumsi alkohol saja. Tingginya kafein pada minuman energi membuat orang yang mengonsumsi campuran itu mabuk, tetapi tetap terjaga. ”Konsumsi minuman campuran alkohol dan minuman energi membuat mereka mengabaikan kondisi mabuk sehingga mengonsumsi alkohol lebih banyak dan bahayanya meningkat,” kata Audra Roemer, mahasiswa doktoral psikologi klinis di Universitas Victoria Kanada, Selasa (21/3). Tingginya kafein meningkatkan kecemasan, panik, dan tekanan darah. Kondisi itu juga memicu gangguan tidur dan meningkatkan denyut jantung. Tinjauan 13 studi yang dipublikasikan 1981-2016 menunjukkan, konsumsi minuman campuran itu meningkatkan risiko jatuh, agresif, dan kecelakaan. Campuran minuman energi itu di Indonesia dikenal sebagai oplosan yang dicampur serampangan. Di sejumlah negara, pencampuran dilakukan di bar, pub, ataupun rumah. Studi itu butuh pembuktian lebih lanjut. (BBC/MZW)

Dunia Mulai Tinggalkan Pembangkit Listrik Batubara

Saat Indonesia mulai membangun banyak pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara, dunia yang dimotori Tiongkok dan India justru mulai meninggalkannya. Studi Boom and Bust 2017 oleh Greenpeace, Sierra Club, dan CoalSwarm menyebut, pembangunan PLTU batubara turun 48 persen, dengan 62 persennya dihentikan saat konstruksi awal. Pada 2006-2016, pembangunan PLTU batubara di Tiongkok dan India 85 persen dari yang dibangun dunia. Setahun terakhir, jumlah itu turun drastis karena ada masalah pembiayaan di India dan kebijakan pembatasan pembangunan PLTU batubara di Tiongkok setara 600 unit hingga 2020. ”Pemerintah Tiongkok dan perbankan India melihat ada potensi PLTU batubara berlebih sehingga memicu pemborosan sumber daya,” kata Direktur CoalSwarm Ted Nace, Rabu (22/3). Perubahan itu berdampak positif bagi kesehatan, perubahan iklim, dan peningkatan lapangan kerja karena berkembangnya pembangkit listrik ramah lingkungan. (BBC/MZW)