logo Kompas.id
Ilmu Pengetahuan & TeknologiObat Sofosbuvir Tersedia...
Iklan

Obat Sofosbuvir Tersedia secara Gratis

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Beban penyakit hepatitis C di Indonesia tinggi. Untuk itu, Kementerian Kesehatan mendistribusikan sofosbuvir kepada sekitar 6.000 pasien secara gratis di sejumlah rumah sakit. Ke depan, obat itu akan dimasukkan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat. "Sofosbuvir punya tingkat efikasi atau kemanjuran tinggi sehingga pasien hepatitis C bisa diobati hingga tuntas," kata Ketua Komite Ahli Hepatitis Kementerian Kesehatan Rino A Gani pada diskusi "Pengobatan Hepatitis C di Indonesia", Kamis (27/7), di Jakarta. Acara itu jadi bagian peringatan Hari Hepatitis Internasional pada 28 Juli. Hingga kini, hepatitis C jadi masalah kesehatan serius. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hepatitis C merupakan penyakit hati yang disebabkan virus hepatitis C. Penularannya melalui penggunaan narkoba suntik, penyuntikan tak aman, dan transfusi darah. Secara global diperkirakan 71 juta orang menderita hepatitis C kronis serta berpotensi jadi sirosis atau pengerasan hati dan kanker hati. Sekitar 399.000 orang meninggal setiap tahun akibat hepatitis C, sebagian besar dari sirosis dan kanker hati. Di Indonesia diperkirakan 3-4 juta penduduk terinfeksi. Sekitar 70 persen pasien HIV terinfeksi hepatitis C yang jadi penyebab kematian pasien HIV.Sebelumnya, pengobatan hepatitis C yang ada memiliki efikasi hanya 55-60 persen, efek samping berupa demam, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, dan kulit kering. Sementara lama pengobatan hepatitis C mencapai 1 tahun. Tingkat keberhasilanSejak ditemukan sofosbuvir, hepatitis C bukan lagi penyakit menakutkan. Tingkat kesuksesan terapi dengan sofosbuvir 99 persen, efek samping minim, dan lama terapi tiga bulan. Sejak 1 Juli 2016, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberi izin edar sofosbuvir, nama generik obat hepatitis C di Indonesia (Kompas, Sabtu, 7 Januari 2017). Dalam pengobatan, sofosbuvir bisa dikombinasikan dengan daclatasvir atau simeprevir, ledipasvir, atau velpatasvir. "Untuk meningkatkan efikasi, sebelum menjalani terapi sofosbuvir, pasien harus menjalani tes genotipe. Sebab, jika tak sesuai genotipenya, pengobatan menjadi kurang efektif dan ada risiko terjadi resistensi virus terhadap sofosbuvir," kata Rino.Dibagikan gratisMenurut Direktur Pencegahan dan Penyakit Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waworuntu, Kemenkes mendistribusikan sofosbuvir kepada sekitar 6.000 pasien. Obat itu disalurkan di enam provinsi, antara lain Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara. Hal itu berdasarkan prediksi jumlah penderita terbanyak hepatitis C. Distribusi obat sofosbuvir melalui dinas kesehatan provinsi setempat setelah ada pelatihan pada dinas kesehatan dan rumah sakit. "Yang dilatih terutama pendistribusian dan pengelolaan obat itu," ujarnya. Selanjutnya, RS bisa mengajukan permintaan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi secara berjenjang sesuai kebutuhan di RS itu. Pihak RS diminta rutin melaporkan kepada dinkes tempat mereka mengambil obat sebelum meminta obat selanjutnya. "Obat sofosbuvir diberikan secara gratis kepada penderita hepatitis C setelah dilakukan pemeriksaan penegakan diagnosis," kata Windra. Pemeriksaan penegakan diagnosis untuk menentukan jumlah virus hepatitis C dalam darah penderita juga disubsidi pemerintah dengan alat TCM yang bisa diakses gratis.Pengobatan sofosbuvir itu dilakukan minimal 12 minggu. Adapun pemeriksaan dengan TCM dilakukan dua kali, yakni sebelum memulai pengobatan dan 12 minggu setelah terapi untuk memastikan virusnya tak berkembang lagi. "Kami dibantu komunitas dan organisasi nonpemerintah," ujarnya.Ke depan, sofosbuvir akan dimasukkan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). "Jadi, obat sofosbuvir masuk ke formularium nasional, tetapi masih dalam kendali program. Ke depan, akan kami masukkan JKN-KIS. Syaratnya sudah kami masukkan formularium nasional," kata Windra.Sally dari Koalisi AIDS Indonesia berharap, dalam program itu, pemerintah menambah jenis obat yang dikombinasikan dengan sofosbuvir, khususnya daclatasvir. Sebab, dalam program itu, ada jenis obat yang tak bisa dikonsumsi pasien HIV karena mengurangi efektivitas antiretroviral atau ARV. "Kami berharap jumlah pasien hepatitis C yang mendapat sofosbuvir gratis dari pemerintah bisa bertambah," ujarnya. (EVY)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000