logo Kompas.id
Ilmu Pengetahuan & TeknologiWarga Kurang Aktivitas Fisik
Iklan

Warga Kurang Aktivitas Fisik

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Membaiknya kesejahteraan, kemajuan teknologi, dan buruknya tata kota, membuat masyarakat kian malas bergerak. Padahal, kurang aktivitas fisik memicu berbagai penyakit degeneratif yang membebani ekonomi dan menimbulkan banyak kematian penduduk di usia produktif.Hitunglah berapa lama seorang pekerja, misalnya, beraktivitas fisik sehari-hari. Umumnya ia duduk di tempat kerja sekitar 8 jam sehari. Perjalanan pergi-pulang dengan kendaraan bisa memakan 2-4 jam. Saat istirahat, waktu lebih banyak dipakai menonton televisi, bermain dengan gawai, hingga menghabiskan waktu di kafe ataupun pusat perbelanjaan.Meski memakai transportasi umum, seperti kereta api atau bus, ojek sepeda motor menjadi moda pengumpan utama yang menghubungkan stasiun atau halte dengan tempat kerja atau rumah. Jalan kaki cepat sebagai alternatif menggerakkan badan bukan jadi pilihan. Udara panas, berkeringat, bau badan, hingga trotoar tak nyaman jadi alasan."Kurang aktivitas fisik bukan hanya memicu berbagai penyakit, tetapi juga membuat tubuh tak bugar, menurunkan produktivitas kerja, badan mudah pegal, dan sulit tidur," kata dokter spesialis kedokteran olahraga Rumah Sakit Jakarta Grace Tumbelaka, di Jakarta, Kamis (7/9). Persoalan ini perlu menjadi perhatian di tengah momentum Hari Olahraga Nasional, 9 September.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, tiap orang harus beraktivitas fisik minimal 150 menit sepekan berupa latihan fisik intensitas sedang 3-5 kali seminggu, masing-masing berdurasi 30-60 menit. Latihan fisik itu berupa jalan cepat, lari, bersepeda, ataupun senam.Aktivitas harian seperti menyapu, mengepel, menyetrika, jalan santai, atau mencuci motor tak termasuk kelompok latihan fisik (non exercise) dan intensitasnya ringan. Meski demikian, "Pekerjaan rumah sehari-hari tetap baik dilakukan. Anggap saja sebagai bonus," ujarnya.Riset Kesehatan Dasar 2013 menyebut 26,1 persen penduduk umur 10 tahun ke atas termasuk kelompok yang kurang melakukan latihan fisik itu. Namun, 22 dari 33 provinsi memiliki prevalensi kurang aktivitas fisik lebih tinggi dari rata-rata nasional. Prevalensi kurang aktivitas fisik tertinggi dialami penduduk DKI Jakarta 44,2 persen.Selain kurang aktivitas fisik, perilaku sedentari atau kebiasaan terlalu banyak duduk di tempat kerja (di depan komputer, membaca), rumah (menonton televisi, main gim, rebahan), dan perjalanan (di kendaraan umum dan pribadi) terus meningkat. Bahkan, perilaku malas gerak itu jadi tren di kalangan anak muda.Meski menawarkan kenyamanan, perilaku sedentari bisa memicu penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung, dan mengurangi usia harapan hidup. Studi Peter P Katzmarzyk dan I-Min Lee (2012) menyebut, membatasi aktivitas sedentari kurang dari 3 jam sehari meningkatkan usia harapan hidup hingga 2 tahun.Dokter spesialis kedokteran olahraga dari Indonesia Sports Medicine Center, Andi Kurniawan, menambahkan, aktivitas fisik meningkatkan kekebalan tubuh dan jantung pun kian bugar. Dampaknya, tak mudah lelah, lebih produktif, dan lebih kebal terhadap penyakit. Namun, latihan fisik atau olahraga tak boleh berlebihan agar tubuh tak kelelahan dan kekebalan turun. Namun, upaya mendorong orang beraktivitas fisik bukan hal mudah. Panas, polusi, terbatasnya ruang publik dan tempat olahraga, buruknya trotoar, dan ancaman kriminal, jadi alasan orang tak beraktivitas fisik.Karena itu, perencanaan permukiman dan kota yang merangsang warga aktif bergerak perlu digencarkan. Kini 55 persen penduduk Indonesia tinggal di kota dan akan terus meningkat."Pembangunan berwawasan kesehatan harus dilakukan di semua bidang, termasuk tata kota," kata Wakil Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Dedi Supratman. Sektor kesehatan adalah urusan semua kementerian atau dinas.Tak cukupUpaya mendorong warga mau beraktivitas fisik tak bisa hanya mengandalkan tata kota. Keberadaan taman-taman di perumahan banyak yang kurang dimanfaatkan. Masyarakat di negara-negara maju dengan tata kota baik nyatanya punya aktivitas fisik rendah. Karena itu, kesadaran beraktivitas fisik sebagai gaya hidup sehat harus didorong. Latihan fisik tak harus dilakukan di pusat kebugaran atau dengan peralatan mahal. "Jalan kaki, bersepeda ke sekolah, kantor, dan tempat yang tak terlalu jauh, perlu dibudayakan lagi," kata Dedi. (MZW/ADH)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000