CILEGON, KOMPAS — Obat PCC atau paracetamol, caffeine, carisoprodol diduga sudah beredar di Kota Cilegon, Banten, sejak lama. Beberapa warga terindikasi menunjukkan akibat seperti sudah menelan PCC. Namun, kepastian mengenai hal itu masih harus diuji lebih lanjut.
Kepala Subseksi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cilegon Wempy Wijaya di Cilegon, Senin (18/9), mengatakan, dua warga Cilegon diketahui bertingkah dengan gejala seperti menggunakan PCC. Mereka adalah warga Kecamatan Jombang dan Pulomerak.
Ulah mereka diketahui empat bulan lalu. Namun, Wempy tak menyebutkan identitas mereka dengan pertimbangan, menjaga perasaan keluarga masing-masing. ”Mereka mengamuk, bicara melantur, dan tidak fokus ketika mendengarkan lawan bicara. Itu seperti efek orang yang menggunakan PCC,” ujarnya.
Wempy belum bisa memastikan kedua orang itu menggunakan PCC. Kepastian mereka menelan obat itu membutuhkan uji laboratorium. Persoalannya, alat uji yang dimiliki BNN Kota Cilegon hanya bisa digunakan untuk mengetahui enam indikator, antara lain kokain, morfin, dan ganja. ”Uji untuk PCC belum ada. Harus ada alat uji yang tepat untuk mengetahuinya,” katanya.
Efek sama
Pelaksana Harian Kepala Seksi Pemberantasan BNN Kota Cilegon Sri Ekowati mengatakan, obat yang marak disalahgunakan di Cilegon adalah tramadol. Salah satu efek penyalahgunaan tramadol sama seperti PCC, yakni mengamuk. Pengguna tramadol umumnya remaja atau pelajar sekolah menengah atas. ”Sejak bertugas di BNN Kota Cilegon sejak Juni 2017 saja, saya sudah menerima laporan mengenai pengguna tramadol sekitar 30 orang,” katanya.
Menurut Sri, jumlah itu terbilang tinggi. Namun, pengembangan kasus untuk mengetahui jaringan pengedarnya belum dilakukan. Padahal, jika pengembangannya dilakukan, jumlah laporan tentu lebih besar. Terakhir, Sri menerima orangtua yang mengantar anaknya pada Agustus 2017. ”Anak itu menyalahgunakan tramadol. Sudah tiga kali dia kejang-kejang. Sekali menelan tramadol hingga 18 butir. Sudah tiga tahun dia menggunakan tramadol,” katanya.
Tramadol adalah obat penghilang nyeri. Namun, pemakai tramadol menyalahgunakannya untuk meningkatkan rasa percaya diri. Pemakai obat itu juga tidak merasa lelah meski melakukan aktivitas berlebihan. Obat-obatan lain yang kerap disalahgunakan ialah hexymer dan dextromethorphan.
Sri mengatakan, hexymer untuk penderita epilepsi. Sementara dextro digunakan untuk obat batuk. Laporan mengenai pengguna hexymer dan dextro lebih sedikit. Selama hampir tiga bulan terakhir, pengguna hexymer yang dilaporkan hanya sekitar lima orang. ”Pengguna dextro malah kurang dari lima orang. Obat-obatan itu sebenarnya bukan narkoba seperti morfin, ganja, dan tembakau gorila,” katanya. Namun, menurut Sri, terdapat efek samping jika menyalahgunakan obat-obatan itu, seperti mengamuk lalu ketagihan.
Hexymer dan dextro dijual di apotek. Sri mengatakan, pihaknya sudah melakukan sosialisasi mengenai bahaya penyalahgunaan obat-obatan dan narkoba. ”Jika warga mengetahui tingkah keluarga atau temannya yang mencurigakan, mohon laporkan kepada kami,” ujarnya.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Banten Ajun Komisaris Besar Zaenudin mengatakan, pihaknya belum menemukan PCC di Banten. ”Ada informasi mengenai PCC di Cilegon, tapi ternyata belum bisa dipastikan. Mudah-mudahan memang tidak ada,” katanya. (BAY)