Pengungsi ditampung di GOR Swecapura, Klungkung, Bali. Jumlah pengungsi kian bertambah seiring dengan naiknya aktivitas vulkanik Gunung Agung. Minggu (24/9) malam, tercatat ada 42.714 pengungsi.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan terus berkoordinasi untuk memberikan pelayanan kepada pengungsi Gunung Agung. Kementerian ini berupaya memberikan pelayanan sebaik mungkin.
”Kami sudah berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, BNPB, hingga TNI dan Polri agar masyarakat terjamin,” kata Deputi Bidang Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Yan Manggesa, Senin (25/9), di Jakarta.
Berdasarkan laporan, ujar Yan, mulai Senin, jumlah pengungsi sudah mencapai 35.000 jiwa di 238 titik. ”Jumlah ini naik signifikan,” ucapnya.
Menurut Yan, kementerian dan lembaga terkait sudah berada di Bali sejak Jumat (22/9). Pemerintah juga sudah menyiapkan uang sebanyak Rp 1 miliar untuk penanganan pengungsi.
Yan mengatakan, masih ada masyarakat yang enggan meninggalkan rumah mereka lantaran khawatir terhadap kondisi ternak. ”Untuk masalah ini, pemerintah sudah menunjuk satgas ternak di bawah dinas peternakan kabupaten dan provinsi untuk menyelesaikan masalah tersebut,” ujarnya.
Yang jauh lebih penting saat ini, lanjut Yan, adalah keselamatan masyarakat di sekitar Gunung Agung. ”Kami juga meminta masyarakat sabar dan semoga masalah ini cepat berlalu,” katanya.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikkan status Gunung Agung di Bali dari level III Siaga menjadi level IV Awas pada Jumat (22/9) malam. Terkait peningkatan status ini, warga yang tinggal di lereng Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, mulai mengungsi.
