logo Kompas.id
Ilmu Pengetahuan & TeknologiPemuda Didorong Berinovasi
Iklan

Pemuda Didorong Berinovasi

Oleh
· 2 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Ketahanan pangan nasional belum terwujud, terutama dalam hal kualitas pangan. Untuk itu, kalangan pemuda didorong lebih aktif berinovasi dalam bidang pengolahan pangan. Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, memaparkan, Indonesia menduduki peringkat ke-69 dalam ketahanan pangan berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Global 2012- 2017. Indonesia dikalahkan Vietnam yang ada di urutan ke-64.Dibandingkan Vietnam, Indonesia unggul 1,7 poin dari segi ketersediaan pangan. Namun, dari sisi mutu pangan, Indonesia kalah 10,1 poin dari Vietnam. "Jadi, ada masalah dalam mengolah pangan tersedia sehingga mutunya rendah," ujarnya.Terkait mutu pangan yang rendah, Menteri Kesehatan Nila F Djuwita Moeloek mengatakan, kondisi tersebut mengancam gizi anak saat ini. "Kalau tidak segera diatasi, kita tidak akan menikmati bonus demografi pada 2035," katanya dalam acara Forum For Young Indonesians, di Jakarta, Minggu (22/10).Untuk itu, Nila menghargai berbagai ide dari para pemuda terkait inovasi teknologi pengolahan pangan. "Beberapa waktu lalu, saya menikmati nanas dan matoa di Pekanbaru. Rasanya amat manis. Sayangnya, kalau dibawa dalam jumlah besar ke Jakarta akan membusuk. Ini contoh kasus yang bisa dijawab oleh inovasi teknologi," tuturnya.Menurut mantan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Indonesia periode 2010-2014 Emil Salim, wajar jika cara mengolah pangan secara konvensional mulai ditinggalkan. Contohnya, ada pemuda bertani dengan memanfaatkan teknologi.Emil menjelaskan, proses bertani modern itu memakai sensor pada lahannya. Sensor itu terhubung dengan telepon seluler pengelolanya dan menyampaikan informasi kondisi kandungan air dan unsur hara terbaru. "Ini membuat pengelola bisa memberikan takaran cukup sehingga meningkatkan potensi tumbuh dengan mutu baik," ujarnya.Untuk itu, kaum muda perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. "Saatnya anak muda menciptakan cara baru yang cerdas dalam pengolahan pangan karena mereka cepat beradaptasi dengan teknologi," kata Emil.Pemenuhan giziMenurut Nila, pangan bermutu berpengaruh pada kondisi bayi sejak dalam kandungan. Untuk mencegah stunting atau tinggi tubuh lebih pendek dari seharusnya, pihaknya mengupayakan pemenuhan gizi sejak dini. Caranya dengan memberikan makanan tambahan bagi ibu hamil yang kekurangan energi kronis dan anak berusia di bawah lima tahun yang kurus.Pada 2016, Kemenkes memberikan 5.554,7 ton makanan tambahan bagi 514.320 anak balita. Hingga Juni 2017, 206.303 anak balita mendapat makanan tambahan sebanyak 2.225,1 ton. Sementara 4.952,2 ton makanan tambahan diberikan kepada 550.248 ibu hamil. Sampai Juni 2017, Kemenkes telah membagikan 1.424 ton makanan tambahan kepada 158.233 ibu. (DD09)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000