JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa mengakibatkan kematian. Melalui momentum Pekan Peduli Antibiotik Sedunia, Kementerian Kesehatan berupaya mendorong pemahaman masyarakat akan bahaya penggunaan antibiotik.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang mengatakan, penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dosis dan durasi yang tidak tepat berpotensi mengakibatkan kematian. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian akibat ketahanan antimikroba hingga tahun 2014 sekitar 700.000 orang per tahun.
Linda menyebutkan, masyarakat belum sepenuhnya memahami penggunaan antibiotik. Menurut dia, antibiotik merupakan obat keras yang penggunaannya harus dengan resep dokter.
”Ada kesalahan pemahaman dan kekeliruan terhadap penggunaan antibiotik. Penggunaan yang tidak tepat berbahaya secara klinis, yaitu bakteri bisa kebal terhadap antibiotik,” ujar Linda di Jakarta, Selasa (14/11).
Dibutuhkan keterlibatan masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan dalam mencegah ketahanan antimikroba. Apoteker menjadi ujung tombak dalam memberikan informasi dan pemahaman yang memadai kepada masyarakat.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nurul Falah Eddy menyatakan, apoteker dilarang melayani pembelian antibiotik oleh masyarakat tanpa disertai resep dokter. Nurul mengimbau masyarakat membeli obat di apotek yang ada apotekernya.
”Fungsi apotek bukan tempat jual-beli, tapi juga sarana masyarakat mendapatkan pengetahuan yang cukup mengenai fungsi obat,” lanjutnya. (DD10)