logo Kompas.id
Ilmu Pengetahuan & TeknologiInvestasi Publik untuk Perkuat...
Iklan

Investasi Publik untuk Perkuat Kemitraan

Oleh
· 3 menit baca

PALANGKARAYA, KOMPAS — Badan Restorasi Gambut mendorong investasi publik dibangun bersama dengan pihak swasta. Dari 2,4 juta lahan gambut yang akan direstorasi, seluas 1,4 juta hektar atau 56,6 persen berada di area yang dikelola sektor swasta. Sektor swasta diharapkan bisa terlibat aktif dalam upaya merestorasi lahan gambut tanpa menghilangkan sisi ekonomi.Deputi I Bidang Perencanaan dan Kerja Sama BRG Budi S Wardhana mengatakan, dengan diperkuatnya kemitraan publik dan swasta akan mampu menggali potensi di lahan gambut lebih dalam lagi. Dengan begitu, keterlibatan masyarakat dalam membangun pola pengelolaan lahan gambut lebih tinggi."Kita tidak ingin lahan gambut dibiarkan tidur, menjaga gambut tidak seperti itu. Kalau pemanfaatannya baik malah bisa menghasilkan sesuatu dan meningkatkan kesejahteraan untuk masyarakat," kata Budi dalam lokakarya bertajuk "Kemitraan Publik- Swasta Restorasi Lahan Gambut", Jumat (24/11), di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Lokakarya yang diselenggarakan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) ini dihadiri sejumlah pegiat lingkungan, pemerintah daerah, dan beberapa perwakilan pemerintah dari luar negeri, seperti India, Norwegia, dan negara lain.Pola pengelolaan BRG menargetkan merestorasi 2,4 juta hektar lahan gambut yang rusak di beberapa provinsi dengan kebutuhan anggaran sekitar Rp 2,5 triliun. Namun, hanya separuh dari kebutuhan yang disediakan pemerintah."Nantinya hal ini akan mengubah pola pengelolaan dari cara yang membakar dengan tanpa bakar, ini diperlukan pengembangan kapasitas petani yang dilakukan juga oleh swasta," kata Budi.Budi mencontohkan PT Sinar Pangan Indonesia (SPI) di Kabupaten Pulang Pisau yang menggunakan 13 jenis mikroba melalui dekomposer untuk mengolah persawahannya tanpa membakar. Perusahaan tersebut saat ini melibatkan sekitar 5.000 keluarga untuk mengelola sawah tanpa membakar.Ke-13 jenis mikroba tersebut terdiri dari lima jamur dan delapan bakteri yang kemudian dijadikan dekomposer serta diberi nama BeKa. Mikroba tersebut mampu menyediakan makanan dan nutrisi untuk lahan gambut yang akan ditanami tanpa harus dibakar mereka akan terurai."Inovasi dan pola seperti ini yang diperkuat dengan berbagai model investasi, tentunya harus ada komitmen juga dari pemerintah untuk mendorong ini," kata Budi. Asisten II Bidang Perekonomian Provinsi Kalteng Hardy Rampay mengatakan, pihaknya berkomitmen mendukung program restorasi gambut di daerah. Ia berharap aspek revitalisasi lebih ditonjolkan dalam upaya pemulihan gambut."Memulihkan gambut juga harus menguntungkan masyarakat. Kami juga sudah berikan imbauan ke perusahaan-perusahaan yang berinvestasi untuk menjaga lahan gambut dan melibatkan masyarakat," kata Hardy.Hardy menambahkan, perusahaan sawit harus melaksanakan dan berupaya aktif dalam merestorasi gambut di lahan konsesi masing-masing. "Jangan malah menjadi sumber bencana seperti kebakaran, kalau kanal itu membuat lahan kering mungkin bisa dicari modifikasi baru untuk pembuatan kanal," ujarnya.(IDO)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000