8 juta Anak Sasaran Imunisasi Ulang Difteri
JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 8 juta anak berusia 1-19 tahun di 12 kabupaten atau kota yang tersebar di tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, menjadi sasaran imunisasi ulang difteri. Imunisasi yang dilakukan serentak, Senin (11/12), ini bertujuan agar penularan penyakit itu tak meluas.
Imunisasi merupakan respons outbreak respons immunization (ORI) terhadap kejadian luar biasa (KLB) kasus difteri yang terjadi di daerah tersebut. ORI difteri di tiga provinsi itu merupakan langkah awal. Hal serupa direncanakan dilakukan di daerah lain yang mengalami KLB difteri.
Di DKI Jakarta, ORI difteri dilakukan di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Di Banten, imunisasi ulang difteri dilakukan di Kabupaten dan Kota Tangerang, Kabupaten dan Kota Serang, serta Kota Tangerang Selatan. Adapun di Jawa Barat, ORI digelar di Kabupaten Purwakarta, Karawang, Kabupaten dan Kota Bekasi, serta Kota Depok.
Sejumlah pusat kesehatan masyarakat atau puskesmas tingkat kecamatan di DKI Jakarta telah bersiap melaksanakan ORI difteri. Fokus utamanya adalah siswa sekolah. Selain puskesmas, vaksinasi ulang difteri akan dilakukan di kecamatan, kelurahan, dan sekolah-sekolah, yakni pendidikan anak usia dini (PAUD), TK, SD, SMP, SMA, serta di ruang publik terbuka ramah anak (RPTRA) dan rumah susun. Pemberian vaksin akan dimulai pukul 07.00 hingga selesai.
"Kementerian Kesehatan menyiapkan 1.230.000 vaksin difteri-pertusis tetanus (DPT). Kami akan memberikannya kepada warga," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto, Jumat (8/12).
Koesmedi menjelaskan, ORI merupakan gerakan memberikan vaksin difteri kembali dengan penguatan karena kasus difteri kembali merebak. Langkah itu dinilai aman. Vaksinasi ulang ini dilakukan tiga kali penyuntikan, yaitu di bulan pertama, dilanjutkan bulan kedua dan bulan keenam agar imunisasi kuat.
Warga DKI diimbau agar memanfaatkan itu untuk menjaga kesehatan anak-anak mereka. "Vaksin dibuat untuk penyakit menular dan bisa menyebabkan kematian cepat. Jika penyakitnya biasa, tak cepat menular, dan tidak menyebabkan kematian, tak divaksin. Itu mesti dijelaskan ke masyarakat," ujarnya.
Gubernur DKI Anies Baswedan mengatakan, karena penularan difteri amat mudah dan cepat sekali, mesti ada pencegahan pada semua populasi, tak hanya di area tertentu. "Sejauh ini tertangani dengan baik, mudah- mudahan tak ada korban. Tahun lalu ada yang meninggal dua, tahun ini juga dua," ujarnya.
Tokoh agama
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengimbau ulama agar mengajak masyarakat untuk mengimunisasikan anaknya. Peran tokoh agama amat besar untuk meluruskan informasi keliru tentang vaksin yang beredar saat ini.
Tahun 2016, sebanyak tiga anak di Desa Sampih, Kecamatan Susukanlebak, Kabupaten Cirebon, meninggal akibat terjangkit difteri. Tiga anak itu tak mendapat imunisasi lengkap.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Banten Sigit Wardojo mengatakan, ada 3 juta anak yang ditargetkan mendapat vaksin difteri hingga tahun depan. "Desember ini adalah imunisasi pertama. Imunisasi kedua dilakukan satu bulan kemudian. Imunisasi ketiga pada Juni 2018," ujarnya.
Desember ini adalah imunisasi pertama. Imunisasi kedua dilakukan satu bulan kemudian. Imunisasi ketiga pada Juni 2018.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan Elizabeth Jane Soepardi menjelaskan, vaksin yang digunakan untuk ORI di tiga provinsi saat ini merupakan persediaan lebih (buffer stock) vaksin pada 2017.
Direncanakan, ORI di daerah lain yang mengalami KLB difteri di luar 12 kabupaten atau kota di tiga provinsi itu dilakukan pada 2018. Imunisasi itu menanti pengadaan vaksin tahun depan.