Istana Undang Perempuan Kendeng dan Semen Indonesia
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbeda dengan aksi-aksi yang digelar sebelumnya, aksi sembilan perempuan Kendeng yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng kali ini direspons pemerintah. Sehari setelah menggelar aksi di pelataran Monumen Nasional di seberang Istana Merdeka, Selasa (13/2), mereka diundang masuk ke Istana Kepresidenan.
Bersama Gunritno, Pemimpin JMPPK, dan tiga petani lainnya, para perempuan Kendeng tersebut bertemu Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Kantor Staf Presiden. Gunritno mengungkapkan bahwa dalam pertemuan tersebut pihaknya menyampaikan bagaimana proses warga Kendeng menolak pabrik semen sejak 2007.
”Pada intinya Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mendengarkan semua pihak, dan akan dicarikan solusi mungkin bisa diterima semua pihak. Tidak merugikan semua pihak,” katanya.
Kedatangan Gunritno dan sembilan perempuan Kendeng ke Jakarta untuk mempertanyakan hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis tahap II dan hasil kajian komprehensif terhadap Cekungan Air Tanah Watuputih di Rembang. Kedua kajian tersebut selesai sejak akhir 2017, tetapi tak kunjung dipublikasikan Kantor Staf Presiden dan kementerian terkait apa hasilnya.
”Kami berharap hasil kajian tahap II segera diumumkan. Pada kesempatan itu kami juga menyampaikan harapan kepada pemerintah agar tidak hanya terima laporan tertulis karena yang tertulis mungkin sudah banyak, tetapi cara menyampaikan secara lisan pun penting untuk dibuktikan di lapangan,” ujarnya.
Diundang secara terpisah
Sebelum menerima perwakilan JMPPK, Selasa pagi, Kantor Staf Presiden juga mengundang PT Semen Indonesia (SI) Tbk dan sejumlah pihak terkait. Dihubungi terpisah, Sekretaris Perusahaan PT SI Agung Wiharto mengatakan, pihaknya memenuhi undangan Kantor Staf Presiden. ”Soal isinya monggo ditanya kepada Kantor Staf Presiden. Namun, yang kami pahami adalah mencari solusi yang terbaik buat semuanya,” katanya.
Mengenai pabrik SI di Rembang, Agung berharap pabrik itu segera beroperasi secara terintegrasi sehingga efisien dan mampu bersaing. Dia memastikan pabrik itu dilengkapi dengan teknologi terbaru yang ramah lingkungan dan efisien dalam mengonsumsi energi.
”Harapan lainnya kami bisa hidup berdampingan dengan semua lapisan masyarakat sekitar pabrik, menjaga lingkungan sesuai yang dipersyaratkan, diawasi bersama, membangun bersama, dan dapat memberikan kontribusi yang optimal sesuai kaidah bisnis yang sehat dengan mengedepankan rasa saling menghormati,” katanya.
Lebih lanjut, Agung mengatakan, PT SI akan membuka media atau jalur komunikasi dengan semua pemangku kebijakan. Jika ada hal-hal yang mungkin berpotensi menimbulkan masalah, dia berharap semua pihak segera duduk bersama dan musyawarah mencari solusi. (SON)