Kembung yang Menetap Jadi Tanda Awal Kanker Ovarium
Oleh
M Zaid Wahyudi
·3 menit baca
Kanker ovarium adalah jenis kanker yang dimulai dari indung telur. Dalam sistem reproduksi perempuan terdapat dua indung telur yang masing-masing terletak di sisi rahim kiri dan kanan. Selain menghasilkan sel telur, indung telur juga memproduksi hormon estrogen dan progesteron.
Kanker ini dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya terjadi pada perempuan berusia 50-60 tahun. Salah satu faktor risiko dari munculnya kanker ini adalah adanya mutasi gen yang diwariskan. Saat ini, gen yang diketahui meningkatkan risiko kanker ovarium adalah gen kanker payudara yang disebut BRCA1 dan BRCA2 yang juga memicu kanker payudara.
Kanker indung telur juga lebih berpotensi muncul jika ada orangtua atau kerabat yang memiliki kanker serupa, mereka yang melakukan terapi pergantian estrogen yang dilakukan sejumlah perempuan sesudah menopause, serta mereka yang menstruasinya terlalu cepat atau menopausenya terlalu lambat.
Sering kali, kanker ovarium tidak terdeteksi sampai dia sudah menyebar ke panggul dan perut. Saat kanker masih dalam stadium awal, yaitu sel kanker hanya terjadi di indung telur, potensi keberhasilan penanganannya jauh lebih besar dibandingkan kanker ovarium stadium lanjut yang sudah menyebar ke bagian tubuh lain.
Gejala Kanker Indung Telur:
Kembung yang menetap, tidak muncul dan hilang
Cepat merasa kenyang atau kehilangan selera makan
Nyeri panggul dan perut (bagian bawah)
Sering ingin buang air kecil lebih dari biasanya
Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit)
Mudah lelah
Kehilangan berat badan secara tiba-tiba dan tidak diketahui sebabnya
Pendarahan setelah masa menopause datang
Namun, banyak perempuan yang tidak sadar dengan gejala yang menyertai munculnya kanker indung telur. Salah satu yang bisa dijadikan tanda munculnya kanker ovarium adalah kembung yang menetap, bukan kembung yang muncul kambuhan.
Gejala itu setidaknya dialami Laura Everley (38) dari Crawley, Inggris, seperti dikutip BBC, Selasa (20/2). Sebelum dinyatakan mengidap kanker ovarium, dia merasakan semua gejala kanker ovarium, termasuk kembung yang menetap.
Semula, dia mengira kembung itu dipicu oleh masalah usus besar karena memiliki gejala yang sama. Dugaan itu membuat Laura mengonsumsi makanan bebas gluten (protein yang ada pada tanaman gandum-ganduman), tetapi itu tak mengurangi kembung yang dialami.
”Saat itu, pikiran bahwa kembung itu adalah salah satu gejala kanker ovarium sama sekali tidak ada,” katanya.
Abainya banyak perempuan dengan kembung menetap sebagai gejala kanker ovarium terlihat dari survei yang dilakukan lembaga amal di Inggris, Target Ovarian Cancer. Saat mengalami kembung menetap, hanya 34 persen responden dari 1.142 responden perempuan yang memeriksakan kondisi itu ke dokter.
Kondisi itu mengkhawatirkan mengingat dari 10 jenis kanker yang paling banyak diderita perempuan di seluruh dunia pada 2012, kanker indung telur atau ovarium menduduki peringkat kedelapan jika dilihat dari jumlah kasus dan urutan ketujuh berdasar jumlah kematian.
Sementara itu, sesuai data Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta pada periode 2010-2013, kasus kanker indung telur menduduki posisi keempat dengan kasus dan jumlah kematian terbanyak setelah kanker payudara, serviks, dan paru.
Badan Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) menyarankan setiap orang yang mengalami kembung sepanjang hari selama tiga minggu berturut-turut untuk memeriksakan ke dokter. Memang kembung berkepanjangan itu bisa menjadi tanda penyakit lain, seperti sindrom iritasi usus besar dan sindrom pramenstruasi. Namun, jika kembungnya menetap, kemungkinan terjadinya kanker ovarium harus diwaspadai.
Lemahnya kesadaran perempuan untuk memeriksakan kembung menetap itu membuat upaya edukasi perlu dilakukan sejak dini. Saat mulai berumur lanjut, kepedulian perempuan untuk mengecek kondisi kesehatannya mulai menurun dibandingkan kelompok dewasa muda. Kurangnya kesadaran itu akan membuat perempuan tak terdiagnosis kanker sejak awal sehingga kanker baru terdiagnosis saat sudah dalam stadium lanjut dan mempersulit pilihan terapi yang bisa dilakukan.
”Perempuan seharusnya tidak mempertaruhkan nyawa hanya gara-gara kurang sadar tentang gejala kanker ovarium. Dengan mencermati gejala kembung yang menetap, banyak perempuan bisa diselamatkan,” kata Kepala Eksekutif Target Ovarian Cancer, Annwen Jones. (MZW)
Sumber: BBC, www.mayoclinic.org, GlOBOCAN International Association of
Cancer Registries 2012, Stop Kanker Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan 2015