PEKANBARU, KOMPAS – Aparat Kepolisian Indragiri Hilir bersama tim dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau serta Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan hidup dan Kehutanan wilayah Sumatera, menangkap empat tersangka pembunuh empat ekor beruang madu (Helarctos malayanus), Senin (2/4/2018). Para tersangka, yaitu JP (39), GS (34), JS (51), dan FB (33), membunuh beruang tersebut untuk dijadikan makanan.
“Petugas tidak menemukan motivasi penjualan organ tubuh beruang. Para pelaku mengaku awalnya ingin menjerat babi, namun yang terjerat justru beruang. Daging beruang itu telah dimasak menjadi rendang dan sop. Beruang yang dibunuh dua ekor ukuran dewasa dan dua lagi ukuran sedang,” ujar Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, Suharyono pada ekspose kepada media di Pekanbaru, Riau, Selasa (3/4/2018).
Para tersangka merupakan petani asal Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Penangkapan mereka berawal dari laporan masyarakat yang menemukan video di laman facebook yang diunggah di laman ZS. Dalam video itu terlihat sejumlah orang sedang menguliti dan mencincang daging empat ekor beruang.
“Polisi kemudian berkoordinasi dengan kami dan Balai Penegakan Hukum Lingkungan Hidup untuk melacak keberadaan para pelaku. Setelah sampai di lokasi, petugas tidak menemukan kesulitan untuk menemukan tersangka,” kata Suharyono.
Secara terpisah, Kepala Polres Indragiri Hilir, Ajun Komisaris Christian Rony Putra mengatakan, polisi menyita satu karung organ tubuh beruang dari rumah GS, dua karung kecil berisi organ tubuh beruang dari rumah JS, jerat beruang dari rumah JP, serta sebilah pisau yang digunakan untuk memotong beruang dan sepucuk senapan angin.
Pada Selasa siang, barang bukti sisa-sisa organ tubuh beruang yang tewas dibantai oleh para penjerat babi dibawa ke Kantor BBKSDA Riau di Pekanbaru. Dari barang bukti yang diperlihatkan, hanya tersisa satu lembar kulit utuh berukuran besar. Selebihnya terdapat beberapa potongan kecil kulit.
Selain itu terlihat sebuah tengkorak yang sudah dikuliti, serta sisa-sisa daging dan empat potongan kaki yang masih memiliki cakar yang utuh. “Dari cara kerjanya, mereka memang tidak profesional dalam menguliti beruang yang sudah dibunuh,” kata Suharyono.
Jerat untuk menangkap babi
Christian menjelaskan, empat tersangka itu memiliki kebiasaan memasang jerat untuk menangkap babi di hutan. Pada Minggu (18/3/2018), mereka memasang sekitar 50 jerat di sepanjang hutan di wilayah administrasi Parit IX, Desa Mumpa, Kecamatan Tempuling. Jerat itu dibiarkan selama hampir dua pekan dan baru dilihat kembali pada 31 Maret 2018.
“Ternyata di jerat babi itu ditemukan tiga ekor beruang. Dua ekor beruang masih hidup dan seekor lagi sudah mati. Beruang yang masih hidup kemudian dibunuh dengan ditombak bagian lehernya dan dipukul kepalanya dengan kayu. Beruang yang sudah mati kemudian dibawa pulang untuk diambil dagingnya,” kata Christian.
Keesokan harinya, Minggu (1/4/2018), JS dan kawan-kawannya kembali ke hutan untuk melihat jerat lain yang dipasang sebelumnya. Ditemukan seekor beruang terjerat dalam kondisi hidup. Beruang itu dibawa ke desa dalam kondisi hidup, tetapi kemudian dibunuh dengan ditembak menggunakan peluru senapan angin di bagian kepala oleh GS.
“Setelah mati, dagingnya diambil oleh JS dan GS. Total ada empat ekor beruang yang mati,” kata Christian.
Suharyono sangat menyesalkan pembunuhan empat ekor beruang oleh para pemburu babi. Dia berharap kejadian itu tidak terulang lagi.
Di Jakarta, Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indra Eksploitasia, mengatakan pelaku dan barang bukti dibawa ke Kantor Seksi Wilayah II Balai Gakkum Sumatera di Pekanbaru guna proses hukum lebih lanjut. Mereka terancam hukuman lima tahun penjara berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya.
Beruang madu merupakan jenis beruang paling kecil dalam keluarga besar beruang. Panjang tubuhnya tidak sampai 1,5 meter dengan tinggi sekitar 70 sentimeter serta berat dewasa berkisar 50 kilogram. Beruang ini memiliki keahlian memanjat untuk mencari madu di atas pohon. Untuk mengambil madu di lobang batang pohon, beruang ini dapat menggunakan lidahnya yang panjang.
Beruang madu masih dijumpai di hutan Sumatera dan Kalimantan, tetapi habitatnya semakin mengecil karena perubahan fungsi hutan.