Para peneliti menemukan bahwa hewan piaraan, khususnya kucing dan anjing yang hidup bersama manusia di daerah dengan infeksi yang tinggi, juga dapat tertular dengan jumlah persentase yang sama dengan manusia.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kucing dan anjing memiliki kerentanan tertular virus SARS-CoV-2, pemicu Covid-19, sebagaimana manusia. Kajian terbaru di Italia menunjukkan, kucing dan anjing yang terinfeksi virus korona baru ini persentasenya seperti halnya manusia, yaitu 3-4 persen, yang menunjukkan bahwa dua binatang piaraan ini sangat rentan tertular.
Tingginya penularan pada anjing dan kucing ini dipaparkan oleh Nicola Decaro dari University of Bari dan rekan-rekannya setelah melakukan tes usap terhadap 540 anjing dan 277 kucing di Italia bagian utara antara Maret dan Mei 2020.
Hewan-hewan yang dites ini hidup di rumah-rumah dengan orang yang terinfeksi atau di daerah yang terdampak Covid-19. Hasil kajian ini diunggah di situs pracetak bioRxiv http://doi.org/d4r7 dan belum mendapat review sejawat pada Jumat (24/7/2020).
Tidak satu pun dari hewan peliharaan yang dites positif RNA virus SARS-CoV-2. Akan tetapi, dalam tes antibodi terhadap virus yang bersirkulasi dalam darah beberapa hewan, para peneliti menemukan bahwa sekitar 3 persen anjing dan 4 persen kucing menunjukkan bukti pernah terinfeksi sebelumnya. Tingkat infeksi pada kucing dan anjing ini sebanding dengan persentase penularan di antara orang-orang di Italia pada saat pengujian.
Kajian ini merupakan studi terbesar sejauh ini untuk menyelidiki SARS-CoV-2 pada hewan piaraan. ”Kami menemukan bahwa hewan piaraan yang hidup bersama manusia di daerah dengan infeksi yang tinggi dapat juga tertular dengan jumlah yang sama,” ucapnya.
Para peneliti mengatakan bahwa hewan peliharaan tidak mungkin menjadi rute utama penyebaran virus. Namun, ketika hewan tersebut memiliki kepadatan tinggi, risiko itu tetap ada.
Sementara itu, riset terpisah oleh Nicolo Musso dari Universitas Catania, Italia, menemukan adanya kucing piaraan dengan gejala pneumonia dan terkonfirmasi positif SARS-CoV-2.
Awalnya, analisis sampel darah dari kucing dan pemeriksaan sinar-X dan ultrasound mengonfirmasi bahwa kucing tersebut menderia pneumonia berat. Saat patologi kucing berkembang dengan cepat dengan gejala dan laju perkembangan penyakit yang mirip dengan pasien dengan Covid-19, tes usap pun dilakukan.
Hasilnya dipastikan kucing tersebut telah terinfeksi SARS-CoV-2 berdasarkan RT-qPCR kuantitatif dari usap hidung. Hewan itu kemudian mati hanya dalam tiga hari sejak diketahui gejalanya.
Sekalipun demikian, studi yang bisa diakses di Preprint.org pada 17 Juli 2020 dan belum di-review sejawat ini belum menjawab apakah kucing yang diteliti ini mati karena infeksi SARS-CoV-2.
Sebagaimana dilaporkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat yang bisa diakses di www.cdc.gov, sekalipun semakin banyak bukti bahwa sejumlah hewan piaraan, seperti anjing, kucing, bahkan harimau, bisa tertular SARS-CoV-2, belum ada bukti nyata tingginya risiko penularan dari hewan tersebut. Masih dibutuhkan lebih banyak studi lagi terkait hal ini.