Fenomena La Nina pada 2020 diprediksi bisa berlangsung hingga awal tahun depan dengan intensitas mencapai level moderat.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fenomena iklim regional La Nina menunjukkan penguatan dalam dua bulan terakhir dan diperkirakan baru akan meluruh pada awal tahun depan. Fenomena ini perlu diwaspadai karena La Nina biasanya meningkatkan intensitas hujan di sebagian wilayah Indonesia.
Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal, di Jakarta, Sabtu (3/10/2020), mengatakan, nilai anomali suhu muka laut di Pasifik tengah dan timur masing-masing adalah minus 0,6 derajat celsius pada bulan Agustus dan minus 0,9 derajat celsius pada September 2020. Angka ini ambang terjadinya La Nina minus 0,5 derajat celsius.
BMKG dan pusat layanan iklim lainnya, seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), dan JMA (Jepang), memperkirakan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas moderat pada akhir tahun 2020.
La Nina diperkirakan akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir Maret-April 2021.
”La Nina diperkirakan akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir Maret-April 2021,” lanjutnya.
Menurut Herizal, catatan historis menunjukkan bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normal. Meski demikian, dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia.
Pada bulan Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera. Selanjutnya, pada Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.
Pada bulan Oktober ini, beberapa zona musim di wilayah Indonesia diperkirakan akan memasuki musim hujan, antara lain pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Pulau Bangka, Lampung, Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa tengah, dan sebagian kecil Jawa Timur.
Selain itu,musim hujan juga akan terjadi di Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, sebagian kecil Sulawesi, Maluku Utara, dan sebagian kecil Nusa Tenggara Barat.
”Peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologis, seperti banjir dan tanah longsor,” ucapnya.
Lebih kuat
Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, La Nina 2020 diprediksi bisa berlangsung hingga awal tahun depan dengan intensitas mencapai level moderat. Sebelumnya La Nina juga berlangsung pada Oktober 2017-April 2018 dan Agustus-Desember 2016. ”Keduanya mencapai intensitas lemah, sedangkan La Nina dengan intensitas kuat terjadi pada tahun 2010 dan 2008,” ucapnya.
Peristiwa La Nina, menurut Siswanto, telah terjadi berkali-kali. Selama tahun-tahun La Nina, lanjutnya, biasanya diikuti dengan meningkatnya frekuensi siklon tropis di Samudra Pasifik bagian barat. Pada La Nina 2008, suhu permukaan laut di Asia Tenggara turun sebesar 2 derajat celsius, berdampak menyebabkan hujan lebat di Malaysia, Filipina, dan Indonesia.