Teknologi Bayi Tabung Berkembang, Peluang Kehamilan Kian Meningkat
Memiliki buah hati menjadi dambaan bagi banyak orang. Namun kerap dijumpai pasangan yang mengalami gangguan kesuburan sehingga sulit untuk mendapatkan kehamilan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
Memiliki buah hati menjadi dambaan bagi sebagian orang. Namun kerap dijumpai pasangan yang mengalami gangguan kesuburan sehingga sulit untuk mendapatkan kehamilan. Kondisi perempuan dan laki-laki memiliki andil sama besar sebagai penyebab terjadinya gangguan tersebut.
Pasangan dikatakan mengalami infertilitas apabila sudah melakukan hubungan intim secara teratur dengan tidak menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum juga mendapatkan kehamilan. Infertilitas ini bisa terjadi pada dua kondisi, yakni kondisi ketika belum pernah mendapatkan kehamilan serta kondisi ketika sudah pernah mendapatkan kehamilan tetapi kesulitan dalam kehamilan selanjutnya.
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya infertilitas. Karena itu, pemeriksaan kesuburan amat penting dilakukan sebelum menentukan intervensi untuk membantu pasangan mendapatkan kehamilan.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi dari IVF (In Vitro Fertilization) Centre RS Pondok Indah, Aida Riyanti mengatakan, pada laki-laki, infertilitas bisa disebabkan oleh gangguan pada sperma. Itu meliputi bentuk, jumlah, kemampuan gerak sperma, dan materi genetik. Sementara pada perempuan, infertilitas bisa karena adanya gangguan pematangan sel telur (ovulasi), adanya sumbatan atau infeksi pada saluran indung telur, adanya masalah pada rahim, dan adanya gangguan pada rahim seperti kista cokelat (endometriosis).
“Berbagai kelainan itu bisa dideteksi melalui pemeriksaan dasar khusus, yaitu USG transvaginal dan pemeriksaan histerosalpingografi (HSG). Hasil dari pemeriksaan itu akan membantu dokter dalam mendiagnosis dan memberikan perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien,” katanya.
Pemerikasan USG tranvaginal perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang dapat mengganggu proses kehamilan. Pemeriksaan ini antara lain untuk melihat kelainan anatomi bawaan lahir, keberadaan mioma atau polip, kondisi rahim dan indung telur, ukuran organ ovarium, serta melihat jumlah sel telur yang dimiliki. Sedangkan pada pemeriksaan HSG dilakukan untuk melihat adanya sumbatan pada saluran telur.
Meski begitu, Aida menuturkan, infertilitas juga bisa terjadi karena penyebab yang tidak dapat dijelaskan atau disebut unexplained infertility. Hal ini terjadi jika semua hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan kondisi yang normal, tetapi pasangan mengalami kesulitan dalam mendapatkan kehamilan.
Bayi tabung
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi RS Pondok Indah Yassin Yanuar Mohammad menyampaikan, program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) dapat menjadi salah satu solusi untuk menangani persoalan infertilitas yang dihadapi oleh sebagian pasangan. Dari berbagai metode penanganan, bayi tabung dinilai memiliki angka keberhasilan yang tinggi.
“Bayi tabung memiliki angka keberhasilan sampai 40 persen per siklus. Meski begitu, tingkat keberhasilan ini perlu didukung oleh berbagai faktor, salah satunya usia perempuan. Hasil dari program bayi tabung semakin baik jika usia calon ibu di bawah 35 tahun,” ucap dia.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Perhimpunan Fertilitasi in Vitro Indonesia (Perfitri) 2018 pada 12.000 program bayi tabung, tingkat keberhasilan program ini dalam menghasilkan kehamilan semakin tinggi apabila dilakukan ada usia di bawah 35 tahun. Peluang kehamilan akan menurun seiring dengan penambahan usia.
Karena itu, menurut Yassin, semakin dini pasangan suami istri dengan infertilitas melakukan program reproduksi berbantu seperti bayi tabung, semakin besar pula peluang keberhasilan untuk mendapatkan kehamilan. Jika pasangan mengalami gangguan kesuburan, konsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan sangat disarankan.
Metode bayi tabung dilakukan dengan cara mempertemukan sperma dan sel telur di luar tubuh manusia yang dilakukan di laboratorium khusus. Metode ini dimulai dengan proses membesarkan sel telur menggunakan suntikan hormon agar indung telur dapat memproduksi banyak sel telur matang.
Selama proses penyuntikan, pemantauan dengan USG dilakukan untuk mengukur diameter sel telur sampai mencapai target yang ditentukan yakni minimal 17 milimeter. Apabila diperlukan, pengukuran kadar hormon bisa dilakukan untuk mengonfirmasi perkembangan sel telur. Umumnya, proses pembesaran sel telur dilakukan selama 36 jam sehingga kemudian sel telur bisa diambil.
Pengambilan sel telur dilakukan melalui tindakan khusus dengan menggunakan jarun berdiameter kecil yang dimasukkan ke indung telur dengan panduan USG. Proses ini berlangsung sekitar 15 menit. Kemudian, sel telur yang sudah matang tersebut akan ditempatkan di media khusus dan kemudian diinkubasi sebelum dilakukan pembuahan. Di hari yang sama, pengambilan sperma juga dilakukan.
Setelah inkubasi selesai dengan kondisi sel telur telah matang dan memiliki kualitas yang terbaik, sel telur akan dibuahi dengan sperma yang sebelumnya sudah dipilh. Sel telur yang sudah dibuahi itu akan dikembangkan dan diobservasi dalam inkubator khusus dengan suhu dan lingkungan yang stabil untuk mengoptimalkan perkembangan embrio.
Selanjutnya, embrio akan ditanam ke rongga rahim ibu agar terjadi kehamilan. Proses selanjutnya akan berjalan seperti kehamilan pada umumnya dengan pemantauan rutin yang berkesinambungan.
Teknologi
Ketua Perhimpunan Fertilisasi in Vitro Indonesia-Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (Perfitri-Pogi) Budi Wiweko mengatakan, teknologi medis dan teknik pelaksanaan yang semakin berkembang membuat keberhasilan dalam program bayi tabung semakin meningkat. Dengan kemajuan teknologi saat ini, pengerjaan yang berhubungan dengan sel telur dan sperma menjadi lebih optimal. Proses yang dijalankan juga lebih minim risiko.
Sejumlah metode yang telah berkembang, dalam program bayi tabung antara lain, IMSI (intracytoplasmic morphologically selected sperm injection), ICSI (intra cytoplasmic sperm injection), dan teknologi time lapse incubator. IMSI adalah teknik pemilihan sperma terbaik dengan pembesaran sampai 6.000 kali. ICSI merupakan teknik pembuahan dengan menyuntikkan sperma terpilih langsung ke dalam sel telur.
Sementara alat time lapse incubator merupakan alat inkubator yang dilengkapi dengan teknologi canggih yang dapat memastikan periode inkubasi stabil. Perkembangan embrio juga bisa digambarkan setiap lima menit dengan alat ini.
“Teknologi saat ini juga memungkinkan untuk dilakukannya pemeriksaan kromosom dengan metode PGT-A (pre-implantation genetic testing for aneuploidy). Pemeriksaan ini diperlukan untuk mencegah terjadinya transfer embrio dengan kelainan genetik,” ungkap Wiweko.
Teknologi untuk memperbesar peluang mendapatkan si buah hati hingga kini masih terus berkembang. Selain harapan yang kian tinggi pada kemajuan teknologi, tentu yang tak boleh dilupakan juga ialah untuk selalu menjaga pola hidup, termasuk konsumsi dan kegiatan fisik yang sehat.