Minuman Manis Turunkan Nilai Matematika Anak Laki-laki
Mengonsumsi satu minuman manis menurunkan nilai tes untuk anak laki-laki sebesar 26 persen dari standar deviasi. Sebaliknya, prestasi matematika anak-anak perempuan justru meningkat.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Studi eksperimental menemukan bahwa minuman manis memberikan dampak berbeda pada perilaku dan nilai matematika siswa laki-laki dan perempuan. Ditemukan, mengonsumsi minuman manis memiliki efek negatif pada prestasi siswa dalam matematika untuk anak laki-laki dan efek positif untuk anak perempuan.
Studi oleh Fritz Schiltz dan Kristof De Witte dari Faculty of Economics and Business, KU Leuven, Belgia, ini diterbitkan di Health Economics pada Selasa (2/11/2021). Studi ini dilakukan dengan menyiapkan dua eksperimen lapangan untuk menilai dampak di kelas dari satu porsi minuman manis terhadap perilaku dan prestasi belajar matematika anak prasekolah.
Dalam studi tersebut, para peneliti secara acak menugaskan 462 anak untuk menerima minuman manis atau minuman dengan pemanis buatan, dan mereka mengumpulkan data sebelum dan sesudah mengonsumsinya.
Temuan kami menunjukkan bahwa mengonsumsi satu minuman manis (setara dengan satu kaleng minuman soda) menurunkan nilai tes untuk anak laki-laki sebesar 26 persen dari standar deviasi. Sebaliknya, prestasi matematika meningkat untuk perempuan hampir 29 persen dari standar deviasi.
”Temuan kami menunjukkan bahwa mengonsumsi satu minuman manis (setara dengan satu kaleng minuman soda) menurunkan nilai tes untuk anak laki-laki sebesar 26 persen dari standar deviasi. Sebaliknya, prestasi matematika meningkat untuk perempuan hampir 29 persen dari standar deviasi,” tulis laporan ini.
Efek positif ini untuk anak perempuan muncul setelah 45 menit dan menghilang setelah 2 jam. Sebaliknya, efek negatif untuk anak laki-laki muncul kemudian, setelah 60 menit, tetapi tetap signifikan negatif selama 2 jam setelah mengonsumsi minuman manis.
Sementara dalam hal perilaku, mengonsumsi satu minuman manis cenderung menimbulkan efek relaksasi awal untuk anak laki-laki, sebelum membuat mereka lebih gelisah setelah 45 menit kemudian. Perilaku anak perempuan tidak terpengaruh secara signifikan.
”Studi kami adalah yang pertama memberikan bukti eksperimental skala besar tentang dampak minuman manis pada anak-anak prasekolah. Hasilnya jelas menunjukkan dampak kausal dari minuman manis pada perilaku dan nilai tes anak-anak,” kata Fritz Schiltz dalam keterangan tertulis.
Sementara itu, De Witte, seorang profesor di KU Leuven, mengatakan, ”Efek terkait pada kinerja di kelas memiliki implikasi kebijakan yang besar karena minuman manis masih dijual di mana-mana di sekolah dan karena konsumsi minuman manis biasanya lebih tinggi di antara anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah dan di antara anak laki-laki.”
Minuman manis juga dikategorikan sebagai minuman berpemanis gula atau minuman berpemanis lainnya, seperti sirup jagung fruktosa tinggi, di pasaran bisa berupa soda, pop, cola, tonik, fruit punch, limun, minuman bubuk manis, serta minuman olahraga dan energi. Minuman ini adalah sumber kalori dan gula tambahan terbesar dalam diet di banyak negara, khususnya negara maju dan berkembang.
Ada sekitar 37 gram (gr) gula tambahan, yang setara dengan hampir 10 sendok teh, dalam satu kaleng minuman soda. Padahal, untuk kesehatan yang optimal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk mengonsumsi tidak lebih dari 6 sendok teh gula tambahan setiap hari. Dengan minum hanya satu porsi minuman soda sehari, seseorang akan dengan mudah melebihi jumlah ini.
Sejumlah kajian telah menunjukkan bahaya minuman manis untuk kesehatan karena begitu banyak kalorinya dan hampir tidak ada nutrisi lain. Orang yang minum minuman manis tidak merasa kenyang seolah-olah mereka telah makan kalori yang sama dari makanan padat, dan penelitian menunjukkan bahwa mereka juga tidak mengimbangi kandungan kalori yang tinggi dari minuman ini dengan makan lebih sedikit.
Rata-rata satu kaleng soda manis, misalnya, menyediakan sekitar 150 kalori, hampir semuanya berasal dari tambahan gula. Selain penambahan berat badan, secara rutin meminum-minuman yang mengandung gula ini dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya. Selain itu, mengonsumsi minuman manis yang lebih tinggi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dini.