Pertemuan Global di Bali Diharapkan Dapat Kurangi Risiko Bencana
Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan global tentang pengurangan risiko bencana pada 23-28 Mei 2022 di Nusa Dua, Bali. Pertemuan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap pengurangan risiko bencana.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan global tentang pengurangan risiko bencana yang berlangsung pada 23-28 Mei 2022 di Nusa Dua, Bali. Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan kebijakan, menyoroti praktik baik, dan meningkatkan kesadaran terhadap pengurangan risiko bencana
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyampaikan, pertemuan global untuk pengurangan risiko bencana (GPDRR) ke-7 ini mengangkat tema “From Risk to Resillience” atau dari risiko ke ketahanan. Pertemuan ini akan dihadiri 4.000-5.000 peserta dari 193 negara dengan melibatkan partisipasi multipihak secara langsung ataupun daring.
”Indonesia menyatakan kesiapannya sebagai tuan rumah GPDRR 2022 untuk mendorong negara-negara di seluruh dunia dapat berkolaborasi dan berbagi pengetahuan dalam mengurangi risiko bencana untuk dunia yang lebih tangguh secara berkelanjutan dan merata,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (2/2/2022).
Indonesia memahami bukan hanya pemerintah pusat yang harus memiliki ketangguhan, melainkan juga pemerintah daerah dan komunitas di tingkat lokal,
Menurut Muhadjir, Indonesia sebagai tuan rumah akan mendorong pembahasan implementasi Kerangka Kerja Sendai yang merupakan instrumen turunan dari Kerangka Aksi Hyogo untuk membangun ketangguhan negara dan masyarakat terhadap bencana.
Pembahasan ini juga akan merekomendasikan tindakan untuk membuat kebijakan, menyoroti praktik baik, dan meningkatkan kesadaran terhadap pengurangan risiko bencana. Hasil pertemuan akan disintesiskan dalam ringkasan tingkat dunia dan akan berkontribusi pada tinjauan jangka menengah antar-pemerintah dari Kerangka Kerja Sendai yang dijadwalkan pada 2023.
Muhadjir menegaskan, penyelenggaraan GPDRR 2022 merupakan wujud kolaborasi lintas kementerian/lembaga dalam mendorong pemulihan ekonomi, baik lokal maupun nasional, pasca-pandemi. GPDRR 2022 ini juga dapat menjadi model penyelenggaraan acara internasional pada era normal baru sekaligus merefleksikan kepercayaan komunitas internasional atas kepemimpinan Indonesia dalam isu kebencanaan.
Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Bidang Pengurangan Risiko Bencana Mami Mizutori mengatakan, kondisi saat ini yang dipenuhi bencana menuntut semua pihak dapat melindungi lingkungan sekitar. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah kepemimpinan yang besar di tingkat internasional untuk memberikan visi dan keberaninan terhadap kepentingan yang lebih besar bagi dunia.
”Pertemuan global tahun 2022 ini merupakan kesempatan bagi seluruh negara anggota PBB, stakeholder terkait, mitra, akademisi, swasta, dan media untuk menunjukkan mengenai praktik kesiapsiagaan dan ketahanan di bidang risiko bencana di seluruh dunia,” katanya.
Mami memandang bahwa selain pemerintah, media juga memainkan peran penting dalam penanganan bencana. Media tidak hanya berperan melaporkan dan memastikan informasi yang disampaikan akurat, tetapi juga memberikan penjelasan terkait contoh terbaik atau kesuksesan dan perkembangan upaya global untuk menciptakan dunia yang lebih tangguh terhadap bencana.
Mami mengatakan, fokus pertemuan ini adalah melihat bagaimana pandemi Covid-19 telah menjadi tantangan bersama dalam memahami risiko yang dihadapi di bidang kebencanaan. Pertemuan juga akan melihat bagaimana krisis global dapat dijadikan sebuah kesempatan untuk mengubah dan mentransformasikan berbagai hal yang telah disepakati bersama untuk agenda 2030.
Pertemuan pada Mei mendatang, kata Mami, menjadi kesempatan bagi negara-negara di dunia untuk melihat sejauh mana perkembangan implementasi Kerangka Kerja Sendai. Hal ini sekaligus melihat apa saja yang bisa dipelajari dan bagaimana untuk memperbaiki serta mempercepat implementasinya.
Mami menambahkan, hasil pertemuan global ini menjadi sangat penting karena semua catatan dan capaian akan menjadi masukan bagi agenda pertemuan lainnya pada 2023. Selain itu, hasil pertemuan juga dapat menjadi masukan bagi implementasi agenda tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) tahun 2030.
”Bagi negara seperti Indonesia yang kerap mengalami ancaman bencana, upaya yang lebih penting adalah melakukan pencegahan dan memastikan ketangguhan hingga penanganan perubahan iklim. Indonesia memahami bukan hanya pemerintah pusat yang harus memiliki ketangguhan, melainkan juga pemerintah daerah dan komunitas di tingkat lokal,” ucapnya.