Para pembeli dan investor yang mayoritas adalah anak muda menaruh perhatian besar terhadap komoditas nan lestari di Kapuas Hulu. Mereka meyakini bisnis tidak hanya sekadar keuntungan, tetapi juga tentang keberlanjutan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·5 menit baca
Sepuluh pembeli dan investor dari sejumlah daerah yang bergerak di bidang ekonomi hijau mendengarkan dengan saksama tatkala orang Dayak Iban mengenalkan produk-produk yang diolah secara lestari di rumah panjang, Dusun Ngaung Keruh, Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Sabtu (5/2/2022). Sambil diiringi celetukan kecil, tak lupa mereka juga mengabadikan setiap pengenalan produk dengan ponsel pintar.
Beberapa dari mereka tampak terkesima saat melihat kain tenun khas Dayak Iban dan mendengar kisah serta filosofi di balik pembuatannya. Dengan kekhasan dan nilai filosofi yang tinggi, tidak heran rata-rata satu helai tenun iban berukuran 135 cm x 8 cm dihargai Rp 100.000. Harga tenun bisa lebih mahal untuk ukuran yang lebih besar.
Bagi sebagian orang, harga satu helai tenun tersebut dianggap mahal. Namun, salah satu dari pembeli berpandangan lain. ”Harga Rp 100.000 untuk tenun itu murah. Saya biasa menjualnya dengan harga ratusan, bahkan jutaan,” ungkap Randi Julian sembari diikuti tepuk tangan dan sorakan lirih orang-orang Iban yang hadir di rumah panjang.
Randi adalah pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) Handep, perusahaan rintisan yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan masyarakat adat melalui produk mode serta pertanian berkelanjutan. Ia mengikuti perjalanan ke Kapuas Hulu untuk melihat beragam produk kerajinan yang berpotensi dikembangkan lebih lanjut bersama Handep.
Harga Rp 100.000 untuk sehelai tenun Iban yang dipatok masyarakat dianggap murah karena proses pengemasan dan pemasaran belum optimal. Sementara harga produk yang hampir serupa di Handep dapat mencapai ratusan hingga jutaan rupiah karena telah melalui proses pengemasan, pemasaran, hingga penandaan merek (branding) yang lebih baik.
Dengan harga yang tergolong mahal, wajar target pemasaran Handep adalah kalangan menengah ke atas yang menaruh perhatian besar terhadap kerajinan dari masyarakat adat. Namun, keuntungan penjualan tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya diambil Handep. Sebagian besar keuntungan justru dikembalikan lagi kepada mitra Handep yang merupakan masyarakat lokal dalam bentuk peningkatan kapasitas dan pembangunan infrastruktur.
Setelah bertanya tentang berbagai motif, nilai filosofi, dan cara pembuatan tenun, Randi pun tertarik berkolaborasi dengan masyarakat Iban. Ia meyakini, dengan dukungan dan pemasaran yang lebih baik, kualitas tenun Iban dapat naik kelas sehingga masyarakat pun akan lebih sejahtera serta lingkungan tetap terjaga.
Dukungan dan pemasaran lebih baik juga menjadi alasan Ema Siti Marhamah, Supervisor Sales dari Yagi Natural. Ema ingin melihat komoditas tengkawang dari Kapuas Hulu yang berpotensi dikembangkan untuk produk kecantikan berbasis pengelolaan lestari yang diproduksi oleh perusahaannya.
”Kami tidak hanya fokus untuk produksi dan mendapatkan keuntungan, tetapi juga melihat keberlanjutan dari produk tersebut. Kami membuat produk dengan bahan yang tidak merusak lingkungan dan tengkawang dari Kapuas Hulu memenuhi aspek ini,” tuturnya.
Ketertarikan terhadap produk dan komoditas masyarakat adat ini tidak hanya dirasakan Randi dan Ema, tetapi juga Lintang Gustika, manajer ekosistem dari Supernova Ecosystem yang turut mengikuti kunjungan ke Kapuas Hulu. Supernova Ecosystem adalah organisasi katalis yang membantu meningkatkan dampak investasi daerah-daerah di Indonesia dengan fokus pada komoditas hijau, lestari, dan berkelanjutan.
Kami tidak hanya fokus untuk produksi dan mendapatkan keuntungan, tetapi juga melihat keberlanjutan dari produk tersebut. Kami membuat produk dengan bahan yang tidak merusak lingkungan dan tengkawang dari Kapuas Hulu memenuhi aspek ini.
Di setiap komoditas yang dikenalkan mulai dari tenun, tengkawang, madu hutan, hingga ekowisata, Lintang selalu gencar bertanya tentang pembuatan ataupun pengelolaannya. Tak jarang, ia juga memberikan masukan agar pemasaran produk lebih berkembang, tetapi tetap memperhatikan aspek berkelanjutan. Ia pun melihat terdapat potensi ekonomi hijau yang bisa dijajaki oleh Supernova di Kapuas Hulu.
”Supernova bekerja di daerah yang masuk ke dalam satu lanskap natural. Sebelumnya kami sudah menjajaki di Kabupaten Sintang dan sudah terdapat beberapa rantai nilai yang akan diakselerasi. Kami selalu melihat apakah ada potensi yang bisa dikembangkan di daerah-daerah selain kota-kota besar di Jawa,” ucapnya.
Mengubah bisnis
Semua pembeli dan investor yang mengikuti perjalanan ke Kapuas Hulu memiliki fokus dalam pengembangan ekonomi atau bisnis yang lebih ramah lingkungan. Dalam menjalankan bisnisnya, mereka juga kerap menjadikan masyarakat adat atau lokal sebagai mitra untuk memberdayakan sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Selain Handep, Yagi Natural, dan Supernova Ecosystem, perusahaan dan komunitas lainnya yang turut berpartisipasi yakni BigBoyLooksGood (produk mode), Cahaya Agribiz (pertanian berkelanjutan), Nusantara Kita Tour and Travel (ekowisata), Forest Wise (pertanian berkelanjutan), dan Kait Nusantara (pemberdayaan perempuan).
Ema menilai, menjalankan bisnis lebih berkelanjutan sangat penting karena tujuan perusahaan membuat produk seharusnya tidak hanya untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Menurut Ema, produk yang dibuat akan lebih bermanfaat jika dapat mengenalkan kepada pemakainya ataupun masyarakat luas tentang kelestarian lingkungan.
Senada dengan Ema, Lintang juga menganggap bahwa ekonomi atau bisnis sudah sepatutnya dijalankan dengan lebih berkelanjutan. Sebab, menjalankan bisnis tidak bisa dipisahkan antara mencari keuntungan dan menjaga keberlangsungan alam.
”Menjalankan bisnis juga harus memikirkan keberlanjutan dari ekosistem yang kita tinggali. Jadi, tidak ada ungkapan ekonomi hijau karena ekonomi itu sendiri seharusnya memang sudah hijau. Kami ingin membuka kesempatan bahwa organisasi di luar Jakarta memang bisa dikembangkan untuk ekonomi yang peduli terhadap keberlanjutan,” katanya.
Dukungan pemda
Bagi Lintang, Supernova Ecosystem akan lebih tertarik menjajaki investasi ekonomi hijau di suatu daerah yang sudah mendapat pendampingan dari organisasi lokal. Supernova juga percaya bahwa pengembangan bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan harus dilakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah.
”Masyarakat di daerah kerap mengalami kendala, seperti keterbatasan infrastruktur, sehingga pengembangan bisnis tidak maksimal. Padahal, masyarakat lebih mudah mengembangkan bisnis jika mereka didukung infrastruktur internet, listrik, dan transportasi, serta regulasi yang baik. Mungkin peran pemerintah lebih terlihat di sini,” ujarnya.
Asisten Dua Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris Daerah Kapuas Hulu Bahtiar mengatakan, seluruh masukan dari pembeli dan investor tentang pengembangan bisnis berkelanjutan dapat menjadi catatan untuk dinas-dinas terkait. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Kapuas Hulu juga akan diarahkan ke pengembangan pertanian berkelanjutan.
”Produk-produk berkelanjutan yang menjadi fokus pembeli dan investor juga sudah sesuai dengan rencana pengembangan dalam RPJMD. Kapuas Hulu juga sudah ditetapkan sebagai wilayah cagar biosfer dan mempromosikan diri sebagai kabupaten konservasi karena berada di wilayah dua taman nasional, yakni Betung Kerihun dan Danau Sentarum,” katanya.
Beragam komoditas di Kapuas Hulu yang dikelola secara lestari oleh masyarakat lokal merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan ekonomi hijau. Namun, pengembangan ekonomi hijau ini juga akan sia-sia jika hanya mengandalkan pihak swasta tanpa mendapat dukungan pemerintah daerah sehingga kolaborasi patut diprioritaskan.