Umur simpan yang relatif pendek membuat komoditas buah-buahan tropis kerap mengalami kehilangan hasil lebih dari 30 persen. Permasalahan ini dapat ditangani dengan penerapan teknologi penanganan segar ataupun pascapanen.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Umur simpan yang relatif pendek membuat buah-buahan tropis kerap mengalami kehilangan hasil komoditas lebih dari 30 persen. Permasalahan ini dapat ditangani dengan penerapan teknologi penanganan segar ataupun pascapanen.
Kepala Pusat Riset Agroindustri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mulyana Hadipernata mengemukakan, buah-buahan tropis memberikan spektrum nutrisi sehat yang luas dan memperkaya hidup. Namun, komoditas ini sangat mudah rusak dan sekitar 33 persen dari hasil panen tidak pernah dikonsumsi karena memiliki umur simpan yang pendek.
Menurut Mulyana, penting untuk mengetahui profil dan karakteristik suatu buah sebelum melakukan penerapan teknologi penanganan segar ataupun pascapanen guna memperpanjang umur simpan. Profil dan karakteristik buah juga menjadi data dasar perkembangan budidaya buah di Indonesia.
”Dengan mengetahui profil produk, misalnya buah yang memiliki umur simpan yang lama atau umur simpan yang pendek, maka dapat dibuat teknik dan metode penanganan pascapanen dan pengolahan pascapanen,” ujarnya dalam diskusi daring, Jumat (3/6/2022).
Pusat Riset Agroindustri BRIN telah mengembangkan salah satu teknologi, yakni coatingatau pelapisan untuk memperpanjang umur simpan buah-buahan. Teknologi yang dikembangkan dari produk turunan kelapa sawit ini dapat memperpanjang umur simpan buah dua hingga empat kali lipat sehingga sisa makanan dari buah dapat ditekan.
Mulyana mengakui bahwa kolaborasi penelitian untuk mengembangkan penerapan teknologi guna memperpanjang umur simpan buah masih perlu terus dilakukan. Saat ini, BRIN juga tengah berkolaborasi dengan Osaka University terkait karakterisasi buah, khususnya mangga Indonesia dari aspek profil metabolik ataupun sensori.
Data hasil penelitian ini sangat dibutuhkan untuk perkembangan industri buah mangga ke depan. Kerja sama penelitian dengan Osaka University akan terus dikembangkan dalam kerangka penekanan kerugian ataupun peningkatan nilai tambah produk pertanian.
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Puji Lestari menyatakan, buah-buahan umumnya memiliki umur simpan yang relatif pendeksehingga menghilangkan hasil komoditas dengan rata-rata lebih dari 30 persen. Makanan yang terbuang dari segi kuantitas dan kualitas memiliki dampak negatif bagi lingkungan.
”Besarnya dampak makanan yang terbuang akan memengaruhi tingkat pengolahan, pemurnian produk makanan, serta tahap hulu atau hilir dalam rantai pasokan makanan. Hal itu menyebabkan kuantitas dan kualitas makanan menjadi hilang,” ujarnya.
Berdasarkan laporan dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), makanan yang terbuang dan sampah makanan (food loss and waste) mencapai 23 juta-48 juta ton per tahun. Hal ini mengakibatkan kerugian ekonomi Rp 213 triliun-Rp 551 triliun per tahun atau setara dengan 4-5 persen produk domestik bruto (PDB) Indonesia per tahun.
Menurut Puji, makanan yang terbuang dan sampah makanan akan merusak keberlanjutan sistem pangan. Sebab, semua sumber daya yang digunakan untuk memproduksi makanan tersebut mulai dari air, tanah, tenaga kerja, hingga modal akan terbuang sia-sia.
Selain itu, pembuangan sisa makanan dan limbah di tempat pembuangan akan meningkatkan emisi gas rumah kaca dan berkontribusi terhadap perubahan iklim. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak pada ketersediaan dan ketahanan pangan serta berkontribusi terhadap peningkatan biaya makanan.