logo Kompas.id
InternasionalAnak Kembali Jadi Korban...
Iklan

Anak Kembali Jadi Korban Konflik

Oleh
· 2 menit baca

Setelah ayahnya terbunuh dalam konflik bersenjata antara Pemerintah Yaman dan gerilyawan Houthi, Mustafa (15) terpaksa menjadi pengemis untuk bertahan hidup. Ia tak sendiri. Banyak anak Yaman yang meminta-minta di sepanjang jalan kota Sanaa demi sesuap makanan karena kehilangan keluarga sejak konflik semakin parah pada 2015.Sejak ayahnya meninggal dua tahun lalu di Haradh, Mustafa pindah ke ibu kota bersama ibu dan tiga adiknya. "Saya sudah cari pekerjaan, tetapi belum dapat. Akhirnya mengemis setelah susah cari makan," kata Mustafa yang setiap hari bisa mendapat 5 dollar AS itu.Anak-anak pengemis seusia Mustafa yang kurus dan berwajah pucat biasanya berkumpul menunggu belas kasihan di luar pintu masjid dan restoran. Di setiap perempatan jalan selalu ada anak-anak laki-laki yang meminta-minta dengan cara membersihkan kaca jendela kendaraan. Mereka hanya berbekal lap dan botol plastik berisi air sabun.Konflik Yaman yang makin parah sejak Maret 2015 karena intervensi militer telah menyeret negeri itu ke krisis kemanusiaan. PBB menyebutkan, lebih dari 7.400 orang tewas, termasuk 1.400 anak-anak. Tiga juta penduduk Yaman terpaksa mengungsi dan hanya dalam dua tahun itu 12 juta orang butuh bantuan makanan.Tak semua pengemis anak kehilangan orangtua dalam konflik. Tetapi, mereka harus jadi pengemis untuk membantu orangtua yang sudah tidak menerima gaji akibat keputusan Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi memindahkan bank sentral dari Sanaa ke ibu kota pemerintahan sementara di Aden. Perpindahan itu membuat gerilyawan yang sudah membentuk pemerintahan sendiri di Sanaa tak sanggup membayar gaji pegawai negeri sipil."Jumlah pengemis anak melejit setelah gaji PNS di ibu kota mandek," kata Ahmed al-Qurashi, pemimpin Seyaj, organisasi perlindungan anak.Koordinator urusan Kemanusiaan dan Bantuan Darurat PBB, Stephen O\'Brien, bulan lalu mengingatkan, Yaman akan menghadapi bencana kelaparan tahun ini jika tidak segera bertindak. Negara berpenduduk 27 juta jiwa itu menderita akibat kekurangan pangan. Bahkan, sebelum perang pun kelaparan telah mengancam jutaan orang.Menurut Unicef, hampir 3,3 juta warga Yaman, termasuk 2,2 juta anak-anak, kurang gizi akut. Data ini termasuk 460.000 anak usia di bawah lima tahun dengan malnutrisi paling parah dengan risiko meninggal akibat diare atau pneumonia. "Baik pemerintah maupun LSM tidak mampu memberi solusi. Anak-anak dibiarkan menghadapi masalah ini sendiri," kata ahli anak Yaman, Ahmed Yusuf.Unicef sudah mengajukan permintaan anggaran 2,1 miliar dollar AS untuk menyediakan bantuan makanan dan kebutuhan bertahan hidup lainnya guna membantu perekonomian dan institusi Yaman yang ambruk. Koordinator Bantuan kemanusiaan PBB di Yaman, Jamie McGoldrick, mengatakan, sekitar 55 persen fasilitas medis Yaman tidak berfungsi dan departemen kesehatan pun tidak memiliki anggaran operasional.(AFP/REUTERS/LUK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000