logo Kompas.id
InternasionalIndonesia Didorong Ambil Peran...
Iklan

Indonesia Didorong Ambil Peran Inisiator

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Sebagai negara dengan kekuatan menengah dalam konteks politik global kontemporer, Indonesia didorong lebih aktif dalam mengambil peran sebagai inisiator, baik secara bilateral maupun melalui ASEAN di tingkat global. Inisiatif yang bersifat solutif sangat diperlukan di tengah ketidakpastian kondisi global, terutama pasca terpilihnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan peningkatan pengaruh Tiongkok.Hal itu mengemuka dalam dialog Talking ASEAN yang digelar The Habibie Center bekerja sama dengan Perwakilan Kanada untuk ASEAN, di Jakarta, Senin (13/2). Dialog bertema "Middle Power Possibilities at a Moment of Turbulence in the Asia-Pacific" menghadirkan Dewi Fortuna Anwar dari Institute for Democracy and Human Rights, The Habibie Center, mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Profesor Institute of Asian Research and Liu Institute for Global Issues, University of British Columbia, Kanada, Paul Evans, serta wartawan senior Kompas, Rene L Pattiradjawane. Dewi Fortuna mengatakan, sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik telah mengambil peran sebagai negara-negara berkekuatan menengah (middle power) untuk mengatasi ketegangan dengan diplomasi yang inklusif. Indonesia, menurut dia, masuk dalam daftar negara itu, setara dengan posisi dan peran yang ditunjukkan Kanada, Australia, Korea Selatan, dan Jepang. Dalam organisasi negara-negara, ASEAN dapat diklasifikasikan dalam kelompok berkekuatan menengah itu. Di tengah ketidakpastian kondisi politik dan ekonomi global saat ini, peran Indonesia patut diperbesar. Hal itu dapat dilakukan secara bilateral atau melalui ASEAN."Indonesia dapat membuat ruang lebih. Kita harus menjadi pemain atau aktor di tingkat internasional yang mampu mengubah \'peta permainan\' di tingkat yang lebih luas," kata Dewi.Peran yang lebih aktif, sebagai inisiator, menurut Dewi, dapat dilakukan dengan berbagai strategi. ASEAN pun dinilainya wajib mengizinkan Indonesia menunjukkan perannya yang lebih besar di kawasan. "Kita perlu menunjukkan peran kita sebagai bagian dari middle power itu dengan lebih percaya diri. ASEAN tanpa Indonesia juga tidak akan dinilai mumpuni. ASEAN pun perlu menggunakan semua alat untuk memperbesar perannya dalam lingkup lebih luas," kata Dewi. Adapun Marty Natalegawa berpendapat, peran sebuah negara, termasuk Indonesia, tidak terpaku pada kategorisasi, termasuk negara dengan kekuatan menengah. Sebab, perubahan itu terus terjadi secara global. Dinamika perubahan lanskap itulah yang harus dilihat dan kemudian dicari strateginya sebagai sebuah negara dalam berdiplomasi. "Banyak faktor memengaruhi, tergantung dari isu. Bahkan, isu itu bisa bercampur membuat satu hal bisa relevan, tetapi juga tidak pada saat lainnya," kata Marty.Marty menilai ASEAN akan lebih berperan jika organisasi itu transformatif dan orientatif sesuai kelahirannya. Sifat lebih aktif organisasi wajib dilakukan tanpa menghilangkan rasa saling menghormati antaranggotanya.Paul Evans mengatakan, strategi Kanada di tengah perubahan lanskap politik global akan menentukan peran sekaligus masa depan negara itu. Terpilihnya Trump dan posisi Tiongkok perlu diawasi saksama.Dia menilai, Kanada dengan jaringan dan perannya menjadi pembeda di Asia Pasifik. Hal itu, antara lain, tampak dengan keterbukaan perdagangan dan sikap penerimaan terhadap pengungsi dan imigran ke negeri itu. (BEN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000