logo Kompas.id
InternasionalMenuju Globalisasi...
Iklan

Menuju Globalisasi Ketionghoaan

Oleh
Rene l Pattiradjawane
· 3 menit baca

Untuk pertama kali seorang pemimpin RRC berbicara di depan forum kapitalis dunia pada Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, bulan lalu. Seperti biasanya, Presiden China Xi Jinping, yang menjadi pembicara utama pada acara bergengsi itu, mengutip peribahasa klasik dalam ungkapan filosofis yang disebutnya "gan gua bao ku di, mei zao sheng jingji". Syair ini secara harfiah berarti "manisnya semangka menggantung pada pohon anggur yang pahit, indahnya kurma merah tumbuh di antara onak dan duri".Kutipan syair seorang penyair Dinasti Han yang tidak dikenal ini digunakan Xi untuk menggambarkan tidak ada yang sempurna di dunia ini. "Benar kalau globalisasi ekonomi telah menghadirkan persoalan baru, tetapi ini bukan pembenaran untuk menghilangkan sama sekali globalisasi ekonomi."Ungkapan yang disampaikan pemimpin RRC yang paling berpengaruh sejak Deng Xiaoping (1904-1997) ini memiliki dampak dua sisi. Pertama, kepada dunia, Xi menekankan perlunya kesinambungan globalisme ekonomi bagi kepentingan menjaga kelangsungan masa depan RRC yang menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi dunia. Kedua, situasi perekonomian domestik yang tidak kondusif, dengan tingkat pengangguran mulai meningkat dan surplus berbagai bahan baku pembangunan, mengharuskan negara berpenduduk terbesar di dunia ini meneruskan strategi ekonomi yang sudah digelar.Berbagai inisiatif RRC selama satu dekade, khususnya terkait dengan pengembangan "satu sabuk satu jalan" (OBOR), adalah indikasi kuat bagaimana kekuatan ekonomi kedua terbesar dunia ini memproyeksikan kedigdayaannya menentukan jalannya dunia. Logika politik global yang selama 70 tahun ditentukan oleh kekuatan ekonomi, politik, diplomasi, dan militer sekarang tergantikan oleh logika ekonomi dalam "menghukum" mereka yang tidak tunduk pada kenyataan baru.Munculnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump di AS, negara yang selama ini dianggap sebagai pemimpin, menjadi dilema besar ketika slogan "America First" yang diusung Trump dibaca sebagai upaya mematikan globalisme, yang dianggap Trump sebagai merugikan kepentingan nasional. Di sisi lain, banyak negara dunia mempertanyakan apakah pembangunan RRC bisa dijadikan model dan mempertimbangkan Beijing menggantikan posisi Washington?Ada alasan-alasan yang perlu dipertimbangkan secara saksama. Pertama, walaupun RRC berhasil mengangkat lebih dari 400 juta orang ke luar dari garis kemiskinan, ada persoalan baru yang muncul akibat masifnya pertumbuhan ekonomi RRC. Tingkat kerusakan lingkungan, persoalan kesehatan publik, dan masalah sosial lain, mulai dari pengangguran akibat melemahnya permintaan pasokan dunia sampai berbagai pelanggaran hak asasi manusia, adalah persoalan baru yang menjadi tantangan serius bagi para pemimpin di Beijing.Kedua, Xi menyadari kesinambungan pembangunan ekonomi RRC sangat bergantung pada stabilitas politik dalam negeri. Khususnya menjelang Kongres Partai Komunis China ke-19 yang akan memilih pemimpin baru ketika para pemimpin lama di lingkungan Politbiro partai sudah harus melepas posisinya karena usia yang dibatasi undang-undang.Intrik politik domestik sangat kental mewarnai periode kepemimpinan Xi yang memegang semua jabatan penting dan strategis di pemerintahan, militer, dan partai. Tarik-menarik lingkup pengaruh terasa ketika Xi memberantas korupsi kecil dan besar. Juga berbagai intrik hubungan pusat dan daerah dalam menikmati kekayaan RRC yang sekarang menjadi persoalan baru ketika kesenjangan menjadi persoalan nyata yang harus dihadapi semua negara dunia.Ketidakpastian global akan mendorong RRC menjadi negara adidaya baru menentukan arah globalisasi dalam 10 tahun mendatang. Pertanyaannya adalah apakah semua negara setuju kalau RRC menjadi pelopor globalisme dalam mempertahankan liberalisasi ekonomi dan perdagangan atas nama saling menguntungkan? Yang pasti, globalisasi berkarakteristik ketionghoaan pasti bukan globalisasi.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000