Raja Salman Mengulang Sejarah
Novanto akan berpidato mengenai relasi Indonesia dan Arab Saudi secara umum serta kemungkinan kerja sama yang bisa dijajaki ke depan, termasuk menyinggung perihal status tenaga kerja Indonesia (TKI) yang banyak bekerja di Arab Saudi.
Selain anggota MPR, DPR, dan DPD, sejumlah pemimpin partai politik, tokoh masyarakat, tokoh agama, perwakilan organisasi kemasyarakatan, universitas, dan pondok pesantren juga diundang menyaksikan sekaligus mendengar pidato dari Raja Salman. Total undangan disebut sekitar 1.500 orang.
Sebelum pidato Raja Salman dan Setya Novanto, menurut rencana, akan diputar film pendek berisi tayangan kunjungan Raja Faisal dan pidatonya di hadapan anggota DPR-GR tanggal 12 Juni 1970.
Seperti dilaporkan Kompas pada edisi 13 Juni 1970, dalam pidato bahasa Arab tanpa teks dan diterjemahkan kalimat per kalimat, saat itu Raja Faisal antara lain menyoroti soal Palestina. Satu-satunya jalan menyelesaikan masalah Palestina, kata Raja Faisal, adalah dihentikannya usaha-usaha zionisme di tengah-tengah negara Arab.
Raja Faisal saat itu juga mengatakan, ia tak akan bisa melupakan sikap bangsa Indonesia yang telah memihak bangsa Arab.
Persiapan matang
Melihat sisi historis kunjungan Raja Salman dan pentingnya relasi Indonesia-Arab Saudi, Sekretariat Jenderal DPR telah menyiapkan dengan matang kedatangan Raja Salman dan rombongan sejak pekan lalu.
Karpet merah dibentangkan di tempat Raja akan berjalan menuju Ruang Paripurna. Dekorasi bunga banyak menghiasi area sekitarnya. Sejumlah fasilitas baru telah dipasang untuk memudahkan dan membuat Raja nyaman selama di kompleks Parlemen.
Sebagai contoh, kursi yang akan diduduki Raja di atas panggung dipernis dan dimodifikasi tingginya untuk menyesuaikan dengan ukuran tubuh Raja. DPR juga menyewa perangkat pengeras suara serta layar LCD baru di Ruang Paripurna.
”Persiapan sudah cukup memadai dan lengkap. Kami sudah siap untuk menyambut kedatangan Raja Salman,” ujar Wakil Ketua DPR Agus Hermanto, Rabu (1/3).
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, intensnya persiapan dan sambutan hangat untuk Raja Salman merupakan upaya Parlemen membantu kerja diplomasi pemerintah. Parlemen, sama seperti pemerintah, menginginkan relasi Indonesia-Arab Saudi lebih erat ke depan, di segala sektor: politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan.
Terkait pidato yang akan disampaikan Raja Salman, Fahri mengatakan, Raja akan banyak berbicara soal Islam dan perannya dalam konteks kekinian. ”Raja akan berbicara tentang sifat moderat dari Islam dan keharusan kita untuk bersikap moderat. Raja akan cerita posisinya sebagai pelayan dua kota suci. Kemudian bagaimana Indonesia dan Arab Saudi bisa bekerja sama untuk bicara atas nama sikap moderat Islam,” ujarnya.
Persiapan di Bali
Menurut jadwal, Raja Salman dan rombongan akan berada di Jakarta hingga Jumat besok. Sabtu lusa, mereka akan bertolak ke Bali untuk berlibur hingga 9 Maret. Terkait dengan rencana kedatangan mereka, Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, menjadwal ulang 11 penerbangan yang datang dan 11 penerbangan yang pergi.
Ini dampak penundaan karena Bandar Udara Ngurah Rai akan ditutup sekitar satu jam untuk pendaratan pesawat yang ditumpangi Raja Salman. Penerbangan ini mencakup maskapai asing dan dalam negeri. Hingga Rabu kemarin, menurut pihak bandara, masih memungkinkan adanya perubahan.
Arie Ahsanurrohim dari Humas Angkasa Pura I Ngurah Rai mengatakan, menurut rencana penutupan berlangsung pada 4 Maret pukul 11.00-12.00 Wita. Pihak bandara menyebutkan, masih ada kemungkinan perubahan jadwal penutupan bandar udara.
Secara terpisah, Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Petrus Reinhard Golose menegaskan, situasi keamanan di Bali masih terjaga dan kondusif. ”Situasi keamanan di Bali sampai sekarang belum ada ancaman,” kata Golose seusai memimpin apel pergelaran pasukan untuk Operasi Simpatik 2017 di Polda Bali, Denpasar, Rabu.
Polda Bali, menurut Golose, juga sudah menyiapkan personel pengamanan dan pengawalan untuk memastikan keamanan di lima hotel di kawasan Nusa Dua yang diperkirakan digunakan Raja Arab Saudi dan rombongannya menginap.
Belum diketahui rencana kegiatan Raja Salman dan rombongannya ketika berlibur di Bali. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Badung Cokorda Raka Darmawan menyatakan, pihaknya berharap Raja Salman dan rombongan mengunjungi obyek-obyek wisata di Badung.
”Pantai sudah jelas. Namun, jikalau kami dimintai usulan obyek wisata di Badung, kami akan mengajukan Uluwatu dan Taman Ayun Mengwi atau Bagus Agro Pelaga dan Garuda Wisnu Kencana,” kata Darmawan.
Obyek wisata Uluwatu di Pecatu dikenal dengan keindahan panorama pura di tepi tebing karang. Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana adalah taman wisata di kawasan Jimbaran. Taman Ayun Mengwi adalah warisan Kerajaan Mengwi yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia dari UNESCO.
Isu perlindungan TKI
Di Jakarta, analis kebijakan Migrant Care, Wahyu Susilo, mengatakan, kunjungan Raja Salman ke Indonesia harus dimanfaatkan oleh Presiden RI untuk meminta jaminan keamanan bagi TKI di Arab Saudi. Itu karena masih banyak TKI di Arab Saudi yang mengalami kekerasan.
Dalam 10 tahun terakhir, menurut Wahyu, sudah empat TKI dihukum mati di Arab Saudi. Mereka adalah Yanti Iriyanti yang dihukum mati pada 2008, Ruyanti pada 2011, serta Siti Zaenab dan Karni tahun 2015.
Selain itu, sistem kaffala yang diterapkan di Arab Saudi menyebabkan puluhan ribu TKI di sektor rumah tangga tak bisa memproses dokumen keimigrasian untuk memperpanjang izin tinggal. TKI hanya dapat pulang ke Tanah Air setelah mendapat izin majikan.
”Akibatnya, banyak TKI yang tertahan pulang dan terjebak dalam sindikat perdagangan manusia,” kata Wahyu.
Di Bandung, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, investasi yang bakal masuk mencapai miliaran dollar AS seiring dengan kunjungan Raja Salman. Lokasi untuk tujuan investasi itu, antara lain, Bontang, Cilacap, dan Bangka Belitung. (APA/AGE/BKY/COK/AYS/MDN)