logo Kompas.id
InternasionalMenemukan Kembali Tanjung...
Iklan

Menemukan Kembali Tanjung Harapan

Oleh
· 3 menit baca

Seperti mengulang kejayaan masa lalu, Samudra Hindia adalah masa depan. Dulu, guru-guru di sekolah dasar, saat mengampu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, memaparkan, Afrika Selatan dengan Tanjung Harapan yang dimilikinya merupakan pintu gerbang bagi para pelaut Eropa menemukan jalan menuju India dan Asia, surga rempah-rempah dunia.Menyusuri jalur di pesisir timur Afrika dan Madagaskar, mereka menuju India, lalu Selat Malaka, Jawa, dan menemukan Ambon di wilayah timur Nusantara. Melalui jalur itu pula mereka kembali membawa kayu manis, pala, dan cengkeh. Dalam pelayaran itu jahe, jintan, adas, dan anis memasuki pelabuhan di pesisir barat dan timur Sumatera serta Jawa.Pelayaran itu telah memadukan aneka rempah dari Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara dalam aneka sajian khas Nusantara yang bisa kita nikmati saat ini, seperti gulai dan kare. Pada saat yang sama, pertemuan itu juga melahirkan akulturasi budaya sehingga dalam kisah Mahabharata yang diadopsi di Jawa ada tokoh Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, misalnya, yang dalam versi aslinya sama sekali tidak dikenal. Saat ini, di tengah gerak perubahan dunia, jalur pertemuan masa lalu itu kembali digairahkan. Indonesia yang secara geografi, sejarah, politik, dan kebudayaan terlibat erat dan menjadi bagian di dalamnya-melalui Asosiasi Kerja Sama Lingkar Samudra Hindia (IORA) mencoba mengambil inisiatif untuk mengoptimalkan kembali jalur, perjumpaan, dan kerja sama yang terjalin di kawasan itu. Langkah tersebut sejalan dengan gagasan Presiden Joko Widodo yang menginisiasi gagasan Indonesia sebagai poros maritim dunia dengan lima pilar utama, yakni pengelolaan sumber daya laut, pertahanan maritim, diplomasi maritim, konektivitas dan infrastruktur, serta budaya maritim.Ditemui di sela-sela pertemuan tingkat pejabat tinggi IORA, Minggu (5/3), di Jakarta, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Siswo Pramono mengatakan, apa yang saat ini diinisiasi Indonesia dalam IORA Concord sejalan dengan kebijakan Presiden itu. Selain isu kesetaraan jender dan kerja sama blue economy, IORA Concord juga memiliki fokus kerja sama dalam isu-isu seperti keselamatan dan keamanan maritim, konektivitas, manajemen perikanan, promosi industri perikanan yang berkelanjutan, serta peningkatan kerja sama negara dan organisasi mitra.Menurut Siswo, Samudra Hindia dan wilayah di sekitarnya adalah masa depan. Ada potensi besar yang dimiliki Indonesia untuk mengembangkan wilayah itu. Merujuk pada indeks inovasi Indonesia yang menunjukkan peningkatan dari urutan ke-91 menjadi ke-88 dari 138 negara, industri nasional memiliki peluang besar untuk memasuki pasar-pasar Afrika dan Asia Selatan. Salah satu yang disebut Siswo adalah industri kelapa sawit. Hingga saat ini, Indonesia merupakan salah satu produsen utama CPO dunia. Penggunaan teknologi untuk mengubah minyak sawit mentah menjadi biodiesel memungkinkan Indonesia-melalui pelabuhan di Afrika-meraih pasar energi terbarukan di Eropa. Hal itu merujuk pada isu konektivitas, peningkatan kerja sama pelabuhan dan industri berkelanjutan. Seperti dulu para pelaut Eropa yang menemukan Tanjung Harapan, saat ini melalui IORA, Indonesia juga bisa menemukan jalan yang sama menuju pasar dunia. (B Josie Susilo Hardianto)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000