Kisah Park dan Kenangan "Gangnam Style"
Tanggal 25 Februari 2013, jarum jam baru menunjukkan pukul 07.00. Namun, puluhan ribu orang telah memadati lapangan luas di depan Gedung Majelis Nasional Korea Selatan, di Seoul. Kegembiraan terpancar di wajah mereka.Sekelompok perempuan berusia 40-50 tahun bergerombol di tepi lapangan. Mereka bersenda gurau. Kabut asap keluar dari hidung dan mulut mereka. Pagi itu, suhu udara sekitar nol derajat celsius. Dinginnya udara Seoul tetap terasa menusuk kulit meskipun berlapis-lapis pakaian membalut erat tubuh kami.Kegembiraan ribuan orang di lapangan itu merupakan cerminan keriaan semua warga Korsel. Sekitar empat jam lagi, Korsel memiliki presiden anyar. Segalanya terasa kian indah karena sosok yang dilantik adalah seorang perempuan, Park Geun-hye. Untuk pertama kali, perempuan menjadi pemimpin di Korea.Kompas dan sejumlah wartawan lain dari Indonesia saat itu datang ke Seoul bersama Wakil Presiden Boediono yang diundang untuk menghadiri upacara pelantikan Park Geun-hye. Setelah antre dan menunggu berjam-jam dengan dinaungi awan tipis yang menutupi langit Seoul, upacara pelantikan dimulai. Sejumlah hiburan ditampilkan, termasuk atraksi Psy lewat lagu Gangnam Style. Orang lantas berdiri, beranjak dari kursi plastik yang disediakan di lapangan. Mereka berdiri, menyanyi, mengikuti tarian Gangnam Style.Park Geun-hye lantas memberikan pidato. Ia bicara tentang perlunya membangun Korsel agar menjadi lebih kuat secara ekonomi pada lima tahun mendatang.Namun, politik di Korsel kejam dan dingin, sama seperti watak musim dingin di negara itu. Dalam waktu empat tahun setelah dilantik, Park Geun-hye dicopot dari jabatannya. Ia tersandung skandal korupsi. Jangan-jangan, sebagian dari warga yang menikmati keriaan atraksi Psy di lapangan Majelis Nasional, empat tahun lalu, juga ikut berteriak-teriak di jalan raya menuntut Park Geun-hye mundur. (A Tomy trinugroho)
