logo Kompas.id
InternasionalNasib Migran Makin Rentan
Iklan

Nasib Migran Makin Rentan

Oleh
· 2 menit baca

LONDON, KAMIS — Akibat kesepakatan Uni Eropa dan Turki untuk membendung migran ilegal masuk ke Yunani, migran yang paling lemah kini mustahil bisa mencari perlindungan ke negara-negara Eropa. Kesepakatan itu juga menyebabkan migran semakin rentan terhadap risiko kekerasan.The International Rescue Committee (IRC), Norwegian Refugee Council (NRC), dan Oxfam, Kamis (16/3), menyebutkan, kesepakatan UE-Turki itu merupakan preseden yang berbahaya. Kesepakatan berlaku sejak 20 Maret 2016 setelah setahun sebelumnya lebih dari 1 juta pengungsi dan migran asal Suriah, Irak, serta Afganistan masuk ke Eropa. Mereka menyeberang ke lima pulau di Yunani dari Turki.Kesepakatan UE-Turki menyatakan, siapa pun yang menyeberang ke Yunani tanpa dokumen langsung dideportasi ke Turki, kecuali memenuhi syarat sebagai pencari suaka di Yunani. Namun, saat ini sudah ada 14.000 pencari suaka di Yunani terkatung-katung akibat prosedur dan antrean yang panjang.Banyak dari mereka berusaha bunuh diri gara-gara stres. Sejak awal, kesepakatan ini diprotes keras karena dinilai tidak bermoral dan melanggar hukum kemanusiaan internasional.Pada 2016, ada 1,2 juta pencari suaka di UE. Sebagian besar dari mereka berasal dari Suriah (334.800 orang). Ada pula 183.000 migran asal Afganistan dan 127.000 orang dari Irak.Jerman menerima 1 juta pengungsi pada 2015. Italia menerima 121.000 orang, Austria 39.000 migran, dan Inggris menampung 38.300 orang. Yunani menyatakan, ada 62.000 orang yang masih terdampar di negara itu.Ancaman TurkiKesepakatan ini bisa saja batal setelah Belanda dan Jerman menolak dua menteri Turki masuk ke wilayah mereka untuk melakukan kampanye referendum. Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengancam mengirim 15.000 pengungsi setiap bulan ke wilayah UE. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu juga menyebutkan, pihaknya bisa mencabut kesepakatan. Namun, Jerman menilai belum ada tanda-tanda ke arah itu.Di tengah krisis hubungan diplomatik UE-Turki itu, Menlu Amerika Serikat Rex Tillerson akan berkunjung ke Turki pada 30 Maret. Hubungan AS-Turki kurang menggembirakan pada satu tahun terakhir pemerintahan Presiden Barack Obama. Permintaan Turki agar AS mengekstradisi Fethullah Gulen ditolak. (REUTERS/AFP/LUK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000