logo Kompas.id
InternasionalPercaya Kohesi dan Sentralitas...
Iklan

Percaya Kohesi dan Sentralitas ASEAN

Oleh
· 3 menit baca

Menilik sejarah Asia secara utuh, berbagai ketegangan Jepang-RRC dalam dekade terakhir mungkin disebabkan kedua negara ini berseteru hidup-mati, sebagai kelanjutan dari perang mereka yang menelan korban jutaan jiwa pada 1937-1945. Karena itu, berbagai konflik di antara mereka dewasa ini memiliki bingkai sejarah yang panjang.Apakah ini menjadi dasar perseteruan dua negara yang menjadi kekuatan ekonomi Asia kedua dan ketiga setelah Amerika Serikat? Kalau sejarah landasannya, kenapa persoalan ini tidak menjadi dasar menjelaskan kenapa Jepang memilih AS sebagai sekutunya paling dekat mengingat peperangan hebat di antara kedua negara ini pada masa Perang Dunia II?Padahal, AS menghentikan ambisi dominasi Jepang di Asia dengan menjatuhkan bom atom yang menelan korban 300.000 orang tewas di Hiroshima dan Nagasaki. Kenapa bekas musuh menjadi sekutu dekat, sedangkan lainnya menjadi perseteruan yang diteruskan dari generasi ke generasi?Persaingan Jepang-RRC selama dua tahun terakhir menjadi kajian penting dalam melihat berbagai perubahan geopolitik di Asia Tenggara dan Timur Tengah ketika Tokyo dan Beijing sama-sama memperluas lingkup wilayah pengaruhnya di tengah perubahan drastis politik internasional dengan ketidakpedulian Presiden AS Donald Trump.Di lingkungan Asia Tenggara, fenomena persaingan ini sangat kental dan terasa membelah kohesi Asia Tenggara dalam ASEAN. Kita mencatat sinofikasi di Kamboja dan Laos ketika persoalan klaim tumpang tindih kedaulatan di Laut China Selatan menjadi isu geopolitik hangat dan secara telanjang adanya upaya balkanisasi oleh Beijing.Sebaliknya, PM Jepang Shinzo Abe belum lama ini menjanjikan memberikan bantuan kapal patroli penjaga pantai bagi Malaysia, Vietnam, dan Filipina sebagai bagian strategi Tokyo membendung ambisi ekspansi Angkatan Laut RRC di Laut China Selatan. Alasan Jepang, membantu negara-negara Asia Tenggara dengan kapasitas yang tidak memadai melindungi pantai dan perairannya menghadapi ancaman dominasi Beijing.Indonesia sebagai poros penting alur laut komunikasi Asia Tenggara tidak menjadi perhatian utama kedua negara berseteru ini. Padahal, persoalan kelautan negara kepulauan terbesar di dunia ini tidak hanya adanya ancaman nyata flotila armada kekuatan laut RRC di wilayah perairan Indonesia, tetapi juga ancaman keamanan nontradisional menyangkut bajak laut di Selat Malaka dan Laut Sulu, pencurian ikan, penyelundupan manusia, narkoba, dan lainnya.Ketika PM Abe berkunjung ke Indonesia, kita mencatat dan berasumsi Jepang ingin memperluas kerja sama ekonomi. Kehadiran 30 pengusaha utama Jepang bersama PM Abe menunjukkan niatan ini bersamaan dengan meningkatnya hubungan perdagangan kedua negara yang pada 2016 mencapai 29 juta dollar AS. Presiden Joko Widodo dan PM Abe membahas berbagai proyek, termasuk Pelabuhan Patimban, blok migas di Natuna Timur, serta proyek pupuk dan kimia lainnya.Kenyataannya, PM Abe lebih tertarik pada persoalan strategis arsitektur keamanan dengan konsep yang digagasnya sebagai Strategi Bebas dan Terbuka Indo-Pasifik (FOIPS). Rupanya, komitmen ini tidak didapat PM Abe, dan sisi Indonesia ada penolakan untuk terikat persekutuan dengan Jepang.Beberapa faktor menjadi perhatian. Pertama, ada persaingan ekonomi Beijing-Tokyo menyangkut strategi utama mengembangkan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) berhadapan niatan Jepang mengelola Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) yang terbengkalai di tangan Presiden Trump.Kedua, ada kesalahan persepsi pandangan pembangunan kekuatan maritim laut biru militer RRC, khususnya pembangunan angkatan laut di Gwadar, Pakistan, ataupun di Djibouti, negara strategis di ujung Laut Merah. Kedua pangkalan ini sangat jauh dari RRC, dan selama ini kekuatan armada skala dunia membutuhkan dukungan tempur udara kuat yang dilakukan oleh Armada Pasifik AS selama 70 tahun terakhir.Faktor-faktor ini mungkin yang menjelaskan kenapa Indonesia tidak tertarik dengan konsepsi strategis arsitektur keamanan maritim yang melibatkan campur tangan Beijing dan Tokyo. Negara kepulauan ini masih percaya bahwa pertahanan dan ketahanan pada kohesi dan sentralitas Asia Tenggara yang diwujudkan dalam organisasi regional ASEAN.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000