logo Kompas.id
InternasionalTak Ada Akhir Tanpa...
Iklan

Tak Ada Akhir Tanpa Penyelesaian Akar Masalah

Oleh
· 3 menit baca

Kebangkitan kelompok populisme ekstrem kanan di Eropa tidak lepas dari gelombang migran yang berdatangan dari Timur Tengah dan sejumlah negara Afrika, yang mencapai puncaknya dalam tiga tahun terakhir. Gerakan populisme, yang anti migran, anti Uni Eropa, dan mendahulukan kepentingan dalam negeri, seolah mendapat pembenaran dengan semua dampak yang menyertai kedatangan para migran di bidang sosial budaya, ekonomi, keamanan, dan politik.Setahun lalu, perjanjian penanganan migran antara Uni Eropa dan Turki mulai berlaku. Dalam kesepakatan ini, migran yang mendarat di pulau-pulau milik Yunani dari Turki akan dikembalikan ke Turki. Selain itu, Turki juga mendapat bantuan dana dari UE untuk mengurus para migran dan mencegah mereka tidak menyeberangi Laut Aegean ke Yunani.Berlakunya kesepakatan ini cukup efektif menahan laju kedatangan migran yang masuk dari Yunani. Sebagian besar migran di Turki berasal dari Suriah, negara yang enam tahun terakhir dilanda perang saudara.Meski konflik di Suriah belum ada tanda-tanda berakhir, banyak pihak mencoba menginisiasi pembicaraan damai. Selama akar masalah berupa konflik di Suriah belum usai, setidaknya kesepakatan dengan Turki ini mampu menahan laju migran ke Eropa.Laut TengahNamun, kesepakatan itu tidak bisa menahan gelombang migran yang masuk Eropa melalui Italia. Hampir semuanya berasal dari Afrika dan umumnya menggunakan Libya sebagai tumpuan untuk menyeberangi Laut Tengah ke utara.Jumlahnya pun mencengangkan. Data Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menyebutkan, lebih dari 350.000 migran menyeberangi Laut Tengah untuk mencapai Eropa sepanjang tahun 2016. Lebih dari separuh jumlah tersebut berhasil mencapai Italia.Dari jumlah itu, 5.098 nyawa tewas sia-sia dalam upaya menyeberangi Laut Tengah. Adapun sejak awal 2017, sebanyak 559 orang telah tewas atau hilang.Mereka tidak seberuntung sekitar 22.000 migran yang berhasil mencapai Italia tahun ini. Mengingat tren jumlah manusia perahu yang meningkat setelah musim dingin berakhir, diprediksi sekitar 250.000 migran akan tiba di Italia hingga akhir tahun jika masalah utama yang menyebabkan migrasi ini tidak segera diselesaikan.Sebagian migran asal Afrika bermigrasi dengan alasan ekonomi untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Sebagian lain menghindari kelaparan, kekeringan, konflik bersenjata, penindasan, dan diskriminasi etnis. Mereka antara lain berasal dari Eritrea, Nigeria, Guinea, Somalia, Maroko, dan Libya.Para pekerja kemanusiaan menyebutkan, meningkatnya gelombang migran dari Afrika disebabkan oleh buruknya kondisi hidup mereka di penampungan sementara yang disediakan jaringan penyelundup manusia di Libya. Alasan lain adalah kekhawatiran jalur laut ke Eropa akan tertutup bagi mereka.Kerja samaItalia, negara yang paling terdampak dengan kedatangan migran lewat Laut Tengah, bukannya tidak berusaha. Mereka mempercepat kerja sama dengan pasukan penjaga pantai Libya untuk mendorong kapal migran kembali ke pelabuhan keberangkatan sebelum mencapai perairan internasional.Kerja sama itu mencakup bantuan peralatan dan pelatihan bagi penjaga pantai Libya. Selain itu, juga membantu Libya membangun pusat penampungan pengungsi yang layak, sebelum mereka dikembalikan ke negara asal.Namun, semua upaya itu tak banyak membantu jika dunia internasional tak membantu negara-negara asal para migran menyelesaikan konflik untuk mengurangi migrasi warga ke luar negeri. (Reuters/AFP/was)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000