logo Kompas.id
InternasionalTiga Negara Sepakat Melawan...
Iklan

Tiga Negara Sepakat Melawan Korea Utara

Oleh
· 4 menit baca

TOKYO, KAMIS — Satu hari setelah Korea Utara menguji coba rudal, Amerika Serikat dan Korea Selatan sepakat melanjutkan rencana pemasangan sistem pertahanan anti rudal atau THAAD di Korsel. Peluncuran rudal Korut itu diyakini terkait rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di Florida, AS.Penasihat keamanan nasional Presiden AS Donald Trump, HR McMaster, mengingatkan, tujuan sistem pertahanan anti rudal itu hanya untuk mengantisipasi ancaman serangan rudal dari Korut. Hal senada dikemukakan di dalam pernyataan tertulis dari Istana Kepresidenan Korsel, Kamis (6/4). "Kedua belah pihak sepakat memperkuat sanksi dan tekanan pada rezim Korut dengan sistem pertahanan milik AS, THAAD, di Korea," sebut pernyataan itu.Namun, sistem THAAD itu sejak awal diprotes keras oleh China. Mereka khawatir THAAD itu akan mengancam kedaulatan wilayah China karena daya jangkau radar THAAD yang luas dan bisa sampai ke daerah-daerah pelosok China. Meski demikian, China juga mengakui uji coba rudal Korut termasuk tindakan provokatif.Pandangan serupa diutarakan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe saat berkomunikasi melalui telepon dengan Trump, beberapa jam sebelum pertemuan bilateral Trump dan Xi Jinping. Bagi Trump dan Abe, uji coba rudal tersebut bentuk provokasi berbahaya dan ancaman serius. Kepada wartawan, Abe menyatakan akan menanti hasil pertemuan Trump dan Xi Jinping, khususnya tentang reaksi dan strategi China menangani Korut."Presiden AS Trump mengatakan, berbagai alternatif pilihan akan diberikan," ujar Abe.Selama ini Trump kerap mendesak China agar memanfaatkan pengaruh dan kekuatan ekonominya untuk menekan program pengembangan rudal dan nuklir Korut. Apalagi mengingat jalinan kerja sama yang erat antara China dan Korut. Namun, hal ini dibantah China. Akibat isu Korut ini, hubungan AS dan China kian renggang. Untuk membujuk China, Trump diperkirakan memanfaatkan kerja sama perdagangan.Tinjauan strategi Gedung Putih akan fokus pada pilihan menekan Korut secara ekonomi dan militer. Jika China tak mau membantu AS menekan Korut, AS akan mempertimbangkan penetapan sanksi terhadap sejumlah bank dan perusahaan China yang selama ini berbisnis dengan Korut. "Waktu kita hampir habis. Semua alternatif pilihan harus dibuka. Isu Korut ini ujian bagi hubungan AS dan China," kata pejabat senior Gedung Putih.Menurut rencana, Trump dan Xi Jinping akan membicarakan isu Korut, perdagangan, Taiwan, Laut China Selatan, dan HAM. Isu paling mendesak yang dihadapi Trump dan Xi Jinping adalah strategi membujuk Korut supaya mau menghentikan seluruh pengembangan rudal dan nuklir berikut uji coba rudal.Sebelum ada hasil pertemuan AS-China, Uni Eropa sudah terlebih dulu memperluas sanksi baru terhadap Korut. Sanksi baru itu menetapkan larangan investasi industri terkait persenjataan, industri logam, penerbangan, dan layanan bidang komputer, tambang, kimia, dan pengilangan.Selain itu, ada empat warga UE yang masuk daftar hitam larangan bepergian dan pembekuan aset karena mempunyai hubungan dengan rezim Korut dan program pengembangan senjata. Total jumlah orang yang mendapat sanksi larangan bepergian itu kini mencapai 41 orang. UE secara konsisten memperkuat cengkeraman sanksi terhadap Korut sejak sanksi pertama pada 2006.Beda karakterTrump dan Xi Jinping akan bertemu di tempat peristirahatan presiden yang ada di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, Kamis malam, dan makan malam bersama. Hasil pertemuan kedua pemimpin itu akan dirangkum dan dipublikasikan, Jumat mendatang.Banyak pihak menantikan pertemuan keduanya ini. Apalagi dengan janji-janji Trump saat kampanye. Ia pernah sesumbar akan menghentikan China yang selama ini dianggap mencuri lapangan pekerjaan rakyat AS dan mengembalikan kejayaan industri dalam negeri AS.Pada pekan lalu, Trump menulis komentar di media sosial Twitter yang menegaskan bahwa AS tak bisa bertoleransi lagi dengan defisit perdagangan masif dan hilangnya lapangan pekerjaan sehingga ia meyakin pertemuan dengan Xi Jinping nanti tak akan berjalan mudah.Direktur Legislatif untuk Persatuan Pekerja Pabrik Baja Holly Hart menilai Trump harus mampu bersikap tegas dan jelas ketika berunding dengan Xi Jinping. Ia mengingatkan, Trump harus mampu membuat pertemuan itu menghasilkan sesuatu yang konkret. "Produksi dan lapangan pekerjaan ke rakyat AS yang selama ini direbut China harus bisa kembali ke kita," ujarnya.Anggota parlemen dari Partai Demokrat, Jim McGovern, mendesak pemerintahan Trump agar segera memaparkan rencana dan perubahan kebijakan perdagangan dengan China agar perekonomian AS kembali berputar.Pertemuan bilateral ini dinilai akan menarik karena kedua pemimpin mempunyai karakter berbeda. Trump yang sering protes dan marah meledak-ledak di media sosial dan dunia nyata dengan Xi Jinping yang kalem, tidak banyak bicara, dan sikap tertata.Sikap Trump yang tidak dapat diprediksi karena mendadak bisa berubah ini yang membuat protokoler China khawatir. Bisa saja Trump akan bisa mempermalukan Xi Jinping di hadapan publik. Apalagi, mengingat pengalaman sejumlah pemimpin negara yang pernah bertemu dengan Trump dan mengalami momen-momen yang canggung."Memastikan agar Presiden Xi tidak malu kehilangan muka adalah prioritas utama kami saat ini," kata seorang pejabat China.(REUTERS/AFP/AP/LUK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000