logo Kompas.id
InternasionalAS Selidiki Dugaan...
Iklan

AS Selidiki Dugaan Keterlibatan Rusia dalam Serangan Senjata Kimia

Oleh
· 3 menit baca

FLORIDA, JUMAT — Setelah menyerang Pangkalan Udara Shayrat, Suriah, dengan rudal-rudal Tomahawk, pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tetap tak akan mengendurkan tekanan dan akan menambah sanksi ekonomi terhadap negara itu. Bahkan, Kementerian Pertahanan AS sedang menyelidiki dugaan keterlibatan Rusia dalam serangan senjata kimia di Khan Sheikhoun, Suriah, yang memicu tindakan AS tersebut. Sebaliknya, dalam sidang Dewan Keamanan PBB, Rusia mengecam serangan yang dilakukan oleh AS dan menyebutnya telah melanggar aturan internasional. "Serangan itu merusak hubungan Moskwa dan Washington. AS melanggar aturan internasional dan konsekuensinya serius bagi keamanan regional serta internasional," kata Wakil Duta Besar Rusia di PBB Vladimir Safronkov, Jumat (7/4). Bagi Rusia, pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad selama ini justru berperang melawan terorisme. Selain itu, Pemerintah Suriah dinilai berhak atas praduga tak bersalah dalam kasus serangan senjata kimia di Khan Sheikhoun yang menewaskan puluhan warga sipil. AS berbalik menyalahkan Rusia yang selama ini membela Suriah. "Dunia menanti Rusia untuk mempertimbangkan kembali dukungannya pada Assad yang jelas salah," kata Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley. Saat ini, ada indikasi awal yang menunjukkan pesawat tanpa awak milik Rusia terbang rendah seperti memantau situasi di sebuah rumah sakit di Khan Sheikhoun. Rumah sakit itu merawat para korban serangan senjata kimia. Setelah dipantau oleh pesawat nirawak, rumah sakit tersebut diserang. Diduga hal itu bertujuan menghilangkan bukti-bukti serangan senjata kimia. Teroris senang Presiden Iran Hassan Rouhani, Sabtu (8/4), tidak mengerti dengan keputusan Trump. Selama ini, menurut dia, AS selalu sesumbar melawan terorisme. Namun, serangan dengan rudal Tomahawk itu justru membuat senang teroris di Suriah. "Kenapa Anda justru menyerang tentara Suriah yang sedang berperang melawan teroris? Apa hak Anda menyerang dengan rudal sebuah negara merdeka?" kata Hassan. Kelompok teroris yang dimaksudkannya ialah Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) serta Front Fateh al-Sham. Bersama Rusia, negara Iran merupakan sekutu dekat Assad. Dua negara itu memberikan dukungan kepada Assad tak hanya untuk melawan kelompok-kelompok teroris, tetapi juga kubu pemberontak lain yang dicap sebagai "teroris". Rusia dan Iran membela Pemerintah Suriah yang dituduh oleh negara-negara Barat telah melakukan serangan senjata kimia di Khan Sheikhoun, Selasa lalu. Manurut Iran, penting kiranya dibentuk komisi independen yang dijalankan oleh negara netral untuk menyelidiki klaim telah terjadi serangan kimia oleh militer Suriah. "Menurut PBB, Pemerintah Suriah tidak mempunyai senjata kimia," ujar Rouhani. Pernyataan ini disampaikan Rouhani untuk merujuk penghancuran persenjataan kimia milik rezim Assad dalam kerangka kesepakatan tahun 2013 antara Washington dan Moskwa. Terkait dengan perkembangan konflik Suriah, Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson, Sabtu, memutuskan untuk membatalkan rencana kunjungan ke Moskwa pada Senin besok. "Kami menyayangkan Rusia yang terus membela rezim Assad meskipun serangan dengan senjata kimia telah dilakukan terhadap warga sipil yang tak berdosa," ujar Johnson. Ia juga meminta Rusia untuk melakukan segala sesuatu yang mungkin guna mewujudkan penyelesaian politik di Suriah. (AP/reuters/afp/ato/LUK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000