logo Kompas.id
InternasionalPerang Korea II: Korut Bukan...
Iklan

Perang Korea II: Korut Bukan Suriah

Oleh
· 3 menit baca

Krisis Semenanjung Korea semakin nyata dan para penguasa Korea Utara mulai terpojok ketika sekutunya di perbatasan baratnya, China, mulai geram dan cemas. Kehadiran gugus tugas kapal induk Amerika Serikat, USS Carl Vinson, di perairan Semenanjung Korea mengindikasikan ketegangan akibat ulah uji coba rudal Korut berkali-kali.Satu hal pasti, baik Beijing, Seoul, Washington, maupun Tokyo, semuanya cemas dengan ulah Pemimpin Korut Kim Jong Un, yang diduga juga akan melakukan uji coba ledakan nuklir di sepanjang perbatasannya dengan RRC. Perilaku ini menyebabkan Beijing mengirim utusannya, Wu Dawei, ke Seoul untuk membahas meningkatnya krisis nuklir di Semenanjung Korea.Wu Dawei adalah utusan khusus RRC urusan Semenanjung Korea. Wu yang berada lima hari bertemu dengan Kim Hyong-kyun, Utusan Khusus Korsel bagi Keamanan dan Perdamaian Semenanjung Korea. Sejak kandasnya pembicaraan enam pihak (RRC, AS, Korsel, Korut, Jepang, dan Rusia) tahun 2013, tidak ada pembicaraan lanjutan penyelesaian damai konflik Semenanjung Korea. Ada indikasi kuat, Beijing tidak bisa memengaruhi Kim Jong Un menghentikan berbagai macam uji coba rudal dan ledakan senjata nuklir. Dalam pertemuan bilateral antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump, krisis Semenanjung Korea dibahas intensif.Sebelum kunjungan Presiden Xi ke Florida untuk pertemuan bilateral, Presiden Trump memang memberikan ultimatum melalui akun Twitter-nya. Trump mengatakan, "Korut mencari perkara. Kalau China mau membantu, itu akan sangat baik. Kalau tidak, kita akan menyelesaikan masalahnya tanpa mereka! U.S.A," tulis akun Twitter Presiden Trump.Ada beberapa faktor mencemaskan atas konflik terbuka di Semenanjung Korea. Pertama, AS di bawah Presiden Trump menunjukkan gejala unilateral menyelesaikan persoalan internasional. Serangan rudal ke pangkalan udara di Suriah adalah indikasi perilaku unilateral yang akan diterapkan di mana-mana atas nama supremasi hegemoni adidaya AS.Kedua, beberapa pemberitaan di media massa RRC mulai membahas apa yang akan terjadi kalau Korut melakukan uji coba nuklir di dekat perbatasannya. Sebuah artikel di harian Huanjiu (Global Times) menyebutkan, uji coba nuklir keenam Korut bisa menjadi ancaman serius bagi stabilitas RRC. Artikel ini secara khusus menyebutkan kawasan Punggye-ri di Kabupaten Kilju di bagian utara Korut di Provinsi Hamgyong sebagai kawasan uji coba nuklir.Ketiga, Beijing sangat cemas uji coba nuklir Korut akan menyebabkan polusi radiasi nuklir di perbatasannya dan memicu serangan unilateral AS melalui gelar perangkat keras militer AS di Korsel. China khawatir kalau ini terjadi, akan menyebabkan kekacauan di dalam Korut dan terjadinya pengungsi besar-besaran menyeberangi Sungai Yalu masuk ke Provinsi Heilongjiang di timur laut daratan China.Pada tahap sekarang, krisis Semenanjung Korea menuju konflik terbuka masih spekulasi dan hanya mengacu pada pernyataan Twitter Presiden Trump. Kepada RRC, Trump menjelaskan dalam Twitter-nya, kalau Presiden RRC ingin memperoleh kesepakatan perdagangan dengan AS, akan lebih baik buat Presiden Ji Jinping menyelesaikan persoalan Korut.Kita khawatir, perilaku transaksional dengan RRC dan tindak unilateral AS di Suriah dipahami secara tidak cerdas oleh para pengambil keputusan Korut. Kita paham, senjata nuklir adalah jaminan strategis mempertahankan eksistensi Korut karena mendalamnya ketidakpercayaan strategis.Memulai Perang Korea II memiliki risiko sangat tinggi, kerumitan tingkat operasionalisasi kekuatan militer, serta mengancam bubarnya aliansi-aliansi semu menjaga status quo Semenanjung Korea. Korut bukan Suriah yang bisa dibom kapan saja oleh negara-negara Barat. Retaliasi Korut akan membuka kotak pandora yang tidak terbayangkan.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000