logo Kompas.id
Internasional"Tumbal" Kesepakatan Kuala...
Iklan

"Tumbal" Kesepakatan Kuala Lumpur-Pyongyang

Oleh
· 3 menit baca

Korea Utara sudah menjadi pemenang. Demikian penilaian pakar Korea Utara dari Universitas Kookmin, Seoul, Andrei Lankov, mengenai kisruh diplomatik antara Malaysia dan Korea Utara yang berlatar belakang peristiwa pembunuhan Kim Jong Nam di Kuala Lumpur, Malaysia, 13 Februari lalu."Ini jelas kemenangan (untuk Korea Utara)," kata Lankov, yang dikutip Reuters. "Saya memperkirakan, Malaysia memutuskan untuk tidak terlibat terlalu dalam dengan intrik-intrik istana di negara terpencil itu dan ingin warga mereka yang disandera bisa kembali (ke Malaysia)."Seperti diketahui, Jumat (31/3), krisis diplomatik Malasia dan Korut berakhir setelah dua negara itu sepakat saling melepas warganya pulang ke negeri masing-masing. Sembilan warga Malaysia di Pyongyang dijemput pulang dengan pesawat Bombardier yang dioperasikan Angkatan Udara Malaysia. Saat bersamaan, tiga staf Kedutaan Korut di Kuala Lumpur yang akan diminta keterangan polisi Malaysia dilepas pulang ke negaranya plus "ikan besar" jenazah Kim Jong Nam.Ini titik balik perubahan sikap secara drastis Malaysia dalam kasus tidak lazim, yang sebagian berisi drama diplomatik, sebagian lainnya berupa misteri pembunuhan orang penting di Korut, Kim Jong Nam, kakak tiri Pemimpin Korut Kim Jong Un. Jong Nam tewas di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur, 13 Februari lalu, akibat-menurut keppolisian Malaysia-usapan zat beracun oleh dua perempuan asal Indonesia dan Vietnam.Dua perempuan itu, yakni Siti Aisyah (Indonesia) dan Doan Thi Huong (Vietnam), masih dalam genggaman Malaysia. Keduanya terancam hukuman gantung. Sementara delapan warga Korut- termasuk tiga staf Kedubes Korut di Kuala Lumpur-yang diincar polisi Malaysia untuk diperiksa telah melenggang bebas.Drama diplomatik ini kian menguatkan anggapan selama ini bahwa negeri jiran telah menjadi tempat nyaman bagi aktivitas Korut. Bukan rahasia lagi, Malaysia diam-diam telah menjadi tujuan bagi warga Korut mencari pekerjaan, tempat sekolah, dan kesepakatan bisnis.Tak sedikit warga Korut kuliah di beberapa universitas di Malaysia, bekerja pada perusahaan- perusahaan tambang negeri itu, atau mengelola sistem komputer untuk perusahaan Malaysia.Jaringan bisnis KorutLaporan kantor berita Reuters, Senin (10/4), mengungkapkan adanya perusahaan Malaysia yang didirikan warga kelahiran Korut dan menjadi pemasok dana bagi kepemimpinan di Pyongyang. Dari keterangan pembelot Korut, Lee Chol Ho, disebutkan bahwa lewat perusahaan Malaysia Korea Partners (MKP), Han Hun Il-warga kelahiran Korut, yang juga pendiri dan direktur eksekutif MKP-menyalurkan dana dalam bentuk mata uang dollar dan euro ke Korut melalui bank-bank di Malaysia.Han mendirikan MKP tahun 1996 dengan partner asal Malaysia, Yong Kok Yeap. Perusahaan itu beroperasi di 20 negara di Asia, Afrika, dan Timur Tengah, dengan bisnis utama di bidang konstruksi. Menurut video dan brosurnya, MKP meraup kontrak senilai sedikitnya 350 juta dollar AS."Ketika ada pejabat Komite Sentral (Korut) berkunjung ke Malaysia, mereka hanya bertemu dengan Han," kata Lee. "Mereka bahkan tak peduli untuk bertemu duta besar (Korut)."Hubungan yang begitu kuat itu dan risiko ancaman warganya di Pyongyang terlalu sayang untuk dikorbankan Malaysia. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menegaskan tak akan memutus hubungan diplomatik dengan Korut. Semoga kesepakatan diplomatik itu tidak memakan "dua tumbal": Siti Aisyah dan Doan Thi Huong.(AP/AFP/REUTERS/SAM)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000