logo Kompas.id
InternasionalASEAN, Duterte, dan Perang...
Iklan

ASEAN, Duterte, dan Perang Lawan Narkoba

Oleh
· 3 menit baca

Konferensi Tingkat Tinggi Ke-30 Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN, 26-29 April 2017, di Manila, Filipina, akhirnya menghasilkan Chairman\'s Statement berisikan 124 poin. Dua poin di antaranya berisi upaya aksi penangkalan peredaran narkoba di kawasan Asia Tenggara.Pada poin ke-33 dinyatakan, ASEAN menyambut baik adopsi Rencana Kerja ASEAN pada Pengamanan Masyarakat dari Obat-obatan Terlarang 2016-2025 yang berkaitan dengan penanganan aktivitas gelap narkoba sekaligus memitigasi aneka konsekuensinya di tengah masyarakat. ASEAN juga menekankan tema regional baru "Mengamankan Komunitas ASEAN Melawan Obatan-obatan Terlarang" sebagai bentuk perlawanan atas peredaran narkoba. Dilakukan kerja bersama penyusunan akhir 8 Rencana Kerja Sama untuk Menangani Produksi dan Peredaran Narkoba di Kawasan Segitiga Emas tahun 2017-2019.Poin itu disusul poin ke-34 yang berisi ASEAN menghargai kerja Pusat Kerja Sama tentang Penanganan Narkoba ASEAN (ASEAN-NARCO) dalam proses Pengawasan Narkoba di ASEAN (ADM) tahunan pada tahun 2015. Laporan itu adalah laporan pertama dalam sejarah yang dihasilkan 10 negara anggota ASEAN. Laporan itu mencakup aneka informasi terkait tujuan identifikasi tanda-tanda awal dalam isu narkoba hingga penetapan tukar informasi di antara negara anggota ASEAN.ASEAN juga menekankan kelanjutan upaya satuan kerja di bandara dan pelabuhan ASEAN sebagai bentuk penguatan kerja sama organisasi itu dalam penanganan peredaran narkoba. Kerja sama itu terutama untuk berbagai informasi dan pertukaran intelijen sebagai upaya penanganan peredaran narkoba dan penegakan hukum atas pelakunya. ASEAN mendukung persiapan menuju pertemuan ke-62 Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Narkoba pada 2019.Poin-poin itu dihasilkan saat Filipina menjadi Ketua ASEAN tahun 2017 ini. Sebagaimana diwartakan, upaya negeri itu membasmi peredaran narkoba di bawah kendali pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte tergolong keras. Bahkan, langkah itu digugat salah satu pengacara, Jude Sabio, ke Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda, atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan. Gugatan itu ditujukan terhadap Duterte hanya dua hari sebelum KTT dimulai.Selama KTT berlangsung, penanganan Filipina atas peredaran narkoba tetap berlangsung. Dari media cetak dan dalam jaringan, antara lain diwartakan penangkapan pengguna dan pengedar narkoba di sejumlah daerah di negeri itu. Yang terbaru dan menjadi berita utama adalah ditemukannya semacam penjara rahasia di sebuah kantor polisi di Tondo, Filipina. Dari foto yang tersebar terlihat tersangka pelaku dan pengedar narkoba, laki-laki dan perempuan, jongkok berjajar tanpa alas kaki dalam ruang sel yang sempit dan gelap.Duterte bergeming. Pada pembukaan KTT, ia menyerukan agar ASEAN segera merealisasikan ASEAN yang bebas narkoba. Menurut dia, momok narkoba ilegal mengancam tujuan pembangunan masyarakat ASEAN. "Saya telah menyaksikan peredaran narkoba mematikan harapan, mimpi, masa depan, dan kehidupan masyarakat yang tak terhitung jumlahnya, terutama kaum muda," kata Duterte pada pidato pembukaan KTT.Duterte menegaskan, jumlah aparat dalam upaya penanganan narkoba memang besar. Namun, kemauan politik dan kerja sama menjadi kunci penanganan masalah narkoba. "Kita harus menghancurkan (peredaran narkoba ilegal) sebelum narkoba merusak masyarakat kita," katanya.Hal serupa ditegaskannya pada konferensi pers penutupan. Di depan ratusan awak media, Duterte menyatakan tetap akan melanjutkan kebijakan penanganan narkoba di negerinya. Hal itu semata-mata untuk menyelamatkan hidup warganya dari ancaman narkoba.Langkah dan upaya Duterte itu tampaknya didukung warganya. Setiap kali cara penanganan narkoba Duterte ditanyakan Kompas kepada warga di Manila sebelum hingga setelah KTT, mereka menjawab setuju dan mendukung posisi Duterte. Mereka melihat cara Duterte itu tepat karena peredaran narkoba di negeri itu sudah memprihatinkan."Kami melihat saudara dan teman kami jadi pengguna dan pengedar. Sungguh kasihan hidup mereka. Berkat Duterte, kini kondisi terasa lebih baik. Peredaran narkoba berkurang. Narkoba tidak bisa dibeli di perempatan jalan seperti sebelumnya," kata Alex, salah satu sopir angkutan umum di Manila. (BENNY D KOESTANTO, dari Manila, Filipina)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000