logo Kompas.id
InternasionalSentralitas ASEAN dalam Kerja ...
Iklan

Sentralitas ASEAN dalam Kerja Sama BRI

Oleh
René L Pattiradjawane
· 4 menit baca

Kehadiran Presiden Joko Widodo dalam Konferensi Tingkat Tinggi Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) di Beijing, Minggu (14/5) besok, diharapkan bisa mengembangkan kerja sama yang lebih banyak, negara tergabung dalam jejaring investasi infrastruktur di Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Tengah, Afrika Barat, Timur Tengah, sampai Eropa.Kehadiran Presiden Jokowi di Beijing harus dipahami dalam konteks kerja sama luas bagi tercapainya dunia yang lebih stabil dan aman. Kita berharap, dalam KTT BRI ini, Presiden Jokowi bisa menegaskan kalau gangguan atas tatanan dunia karena berbagai perubahan politik regional bukan menjadi alasan mundur pada posisi isolasionisme ataupun populisme.Sekarang waktunya untuk menunjukkan bahwa kerja sama global di berbagai bidang akan menghadirkan masa depan yang lebih aman. Namun, Presiden Jokowi pun perlu menekankan bahwa tingkat ketergantungan kepada China sebagai kekuatan paling besar dalam kerja sama BRI tak hanya berpotensi menjadi gangguan serius pada banyak negara di dalam jejaring tersebut, tetapi juga rawan bagi situasi pasar internasional serta perubahan dan krisis geopolitik. Afrika adalah fenomena kerawanan itu.Pengaruh geoekonomi China dalam lingkup BRI menjadi nyata dan jelas. Tingkat ketergantungan kerja sama ekonomi dan perdagangan pada China dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengarah pada pola-pola baru pengaruh ekonomi dan politik. Di lingkungan ASEAN, fenomena ini terlihat di Malaysia dan Filipina, ketika peran China bergerak menjadi agen pembangunan ekonomi di banyak negara tetangganya.Dalam konteks ini, perlu kita tegaskan kembali, inisiatif BRI lebih condong pada kerja sama multilateral, ketika semua negara benar-benar merasakan manfaat dan keuntungan bersama dalam mengembangkan pembangunan bagi kesejahteraan bersama. Dalam KTT BRI ini, kita perlu mendesak Beijing untuk bisa bekerja dalam konteks sentralitas ASEAN sebagai entitas ekonomi yang besar dalam skala perdagangan regional.Perdagangan intra-ASEAN tahun 2015 mencapai sekitar 543 miliar dollar AS, lebih besar ketimbang total perdagangan ASEAN ke China pada periode yang sama sebesar 345 miliar dollar AS. Mitra dagang ASEAN pada 2015 dengan jumlah di atas 100 miliar dollar AS adalah Uni Eropa (28 negara, sebesar 100 miliar dollar AS), Jepang yang mencapai 238 miliar dollar AS, Korea Selatan 122 miliar dollar AS, dan AS 212 miliar dollar AS.Jumlah investasi BRI terhadap ASEAN diperkirakan mencapai sekitar 252,6 miliar dollar AS dan terbesar ditujukan ke Indonesia yang mencapai sekitar 85,5 miliar AS, Vietnam (41,3 miliar dollar AS), Filipina (40,3 miliar dollar AS), Singapura (53,7 miliar dollar AS), dan Thailand 18,3 miliar dollar AS.Dalam KTT BRI, Indonesia perlu mengkaji ulang berbagai proyek inisiatif ini. Proyek pendanaan terbesar di Indonesia adalah jalan tol Trans-Sumatera sebesar 27,7 miliar dollar AS (prakonstruksi); jembatan Selat Sunda (24 miliar dollar AS, perencanaan); penyulingan minyak Bontang 14,5 miliar dollar AS (perencanaan); kereta api cepat Jakarta-Bandung 5,1 miliar dollar AS (disetujui); dan jaringan kereta batubara Kalimantan Tengah 2,3 miliar dollar AS (dalam proses tender).Dari ragam proyek ini, ada kerancuan mana yang masuk BRI dan mana yang masuk dalam kerja sama bilateral. Kerancuan ini yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, apakah inisiatif BRI ini memang ditujukan bagi mekanisme kerja sama inklusif yang saling menguntungkan atau memang hanya menjadi tujuan ekspor China bagi kelebihan kapasitas yang dimilikinya.India, misalnya, melihat BRI sebagai bentuk baru dominasi atas nama globalisasi. Para pemikir strategis India melihat, kolonialisme adalah eksploitasi berlebihan negara-negara jajahan dan dominasi negara-negara Barat, maka BRI bisa mewakili keduanya sebagai dominasi China dan pengerukan sumber daya dengan perencanaan dan penetrasi lebih mendalam.Dalam KTT BRI di Beijing ini, persepsi seperti ini yang harus diperhatikan Presiden Jokowi karena semua negara besar dalam jejaring BRI tidak hadir, seperti Jepang, India, Jerman, Inggris, dan Perancis. Itu sebabnya penting untuk meningkatkan sentralitas ASEAN dalam konteks Masterplan of ASEAN Connectivity 2025 sebagai ruang kerja sama bagi sinergi dan pembangunan kapasitas bersama. Konektivitas ini menjadi penting bagi semua pihak.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000