Kisah Pertarungan Kubu Konservatif Vs Reformis
Iran akan menggelar pemilu presiden, Jumat (19/5). Ada enam calon presiden yang akan bertarung. Dari enam capres itu, tiga berasal dari kubu moderat atau reformis dan tiga lainnya dari kubu konservatif.
Tiga capres dari kubu moderat atau reformis adalah petahana Hassan Rouhani; Eshaq Jahangiri, Deputi Utama Presiden Rouhani; serta Mostafa Hashemitaba, mantan Ketua Badan Urusan Pemuda dan Olahraga. Sementara tiga capres dari kubu konservatif adalah Ebrahim Raisi; Mohammad Bagher Ghalibaf, Gubernur Teheran; dan Mostafa Mir-Salim, mantan Menteri Kebudayaan.
Debat terakhir para capres digelar pada Jumat (12/5) lalu bertema bidang ekonomi. Sesuai tradisi pilpres di Iran, para capres harus mengikuti serangkaian debat publik dan disiarkan langsung oleh televisi Iran dalam berbagai isu, seperti politik, sosial, budaya, ekonomi, dan keamanan.
Peta persaingan kubu reformis atau moderat dan kubu konservatif dalam pilpres Iran mulai muncul sejak era Presiden Ali Akbar Hashemi Rafsanjani (1989-1997). Saat itu, Rafsanjani masuk kategori presiden dari kubu reformis atau moderat.
Sebelum era Rafsanjani, Iran masih disebut era konsolidasi revolusi (1979-1989) yang diwarnai aksi pembersihan terhadap lawan-lawan revolusi dari kubu liberal ataupun komunis. Mulai era Rafsanjani, revolusi Iran pimpinan Imam Khomeini yang berhasil menumbangkan rezim monarki Shah Iran Reza Pahlavi tahun 1979 menemukan era kemapanan. Musuh-musuh revolusi sudah kalah total dan tidak dianggap lagi sebuah ancaman.
Rafsanjani-lah yang kembali melakukan liberalisasi ekonomi dan privatisasi sejumlah perusahaan negara yang sempat dikontrol penuh negara pada era konsolidasi revolusi (1979-1989). Semua kekuatan politik yang ada, mulai dari era Rafsanjani hingga saat ini, adalah loyalis fanatik revolusi dan Imam Khomeini.
Meski demikian, bukan berarti mulai era Rafsanjani sampai saat ini tidak ada dinamika politik di Iran. Mulai era Rafsanjani itu, muncul peta pertarungan kubu konservatif dan kubu reformis atau moderat yang tak kalah sengit dibandingkan dengan pertarungan pada era konsolidasi revolusi.
Kubu konservatif dan kubu reformis atau moderat sesungguhnya sama-sama keluarga besar loyalis revolusi Iran 1979, tetapi mereka bertarung sengit memperebutkan kekuasaan di semua lini. Di era Rafsanjani, kubu konservatif-yang berjaya pada masa konsolidasi revolusi-mulai dibatasi geraknya dan dilemahkan.
Pada pilpres 1993, Rafsanjani menang mudah atas capres kubu konservatif, Ahmad Tavakkoli. Tahun 1997, capres kubu reformis, Mohammad Khatami, di luar dugaan menang atas capres kubu konservatif, Ali Akbar Nateq-Nouri. Pada pilpres 2001, Khatami menang lagi atas capres kubu konservatif, Ahmad Tavakkoli, yang pernah kalah dari Rafsanjani pada pilpres 1993.
Tahun 2005, kubu konservatif baru berhasil memenangi pilpres lewat Mahmoud Ahmadinejad. Namun, pilpres 2009 yang juga dimenangi Ahmadinejad sempat ricuh. Capres dari kubu reformis, Mir-Hossein Mousavi, mengklaim meraih kemenangan sehingga pendukungnya turun ke jalan dan memprotes hasil pilpres yang diumumkan KPU Iran bahwa Ahmadinejad sebagai pemenang. Mousavi dan tokoh reformis Mehdi Karroubi sejak 2011 dihukum tahanan rumah karena dituduh jadi otak unjuk rasa itu.
Rouhani vs Raisi
Dalam konteks pilpres 2017, diperkirakan bakal terjadi pertarungan sengit antara Hassan Rouhani dan Ebrahim Raisi, mantan Jaksa Agung Iran. Raisi juga disebut-sebut salah satu kandidat kuat pengganti Pemimpin Spiritual Ali Khamenei.
Sementara Mohammad Bagher Ghalibaf, pesaing kuat Rouhani pada pilpres 2013, masih kalah popularitas di bawah Raisi. Raisi bakal menjadi saingan terberat Rouhani saat ini.
Dalam jajak pendapat tak resmi, Rouhani meraih suara terbanyak, disusul Raisi pada urutan kedua. Itu sebabnya, Rouhani saat kampanye lebih sering menyerang Raisi dibandingkan dengan capres lain. Dalam beberapa kampanye, Rouhani secara tak langsung menyerang Raisi dengan mengingatkan rakyat Iran akan kembalinya pemberlakukan hukuman mati. Saat masih Jaksa Agung, Raisi dinilai salah satu penanggung jawab atas hukuman mati ratusan tahanan politik tahun 1988.
Sebaliknya, Rouhani menyebut, pemerintahannya telah berhasil membebaskan blokade atas Iran oleh masyarakat internasional sejak tahun 1979. Ia juga menyebut, rakyat Iran telah memilih jalan kemerdekaan pada pilpres 2013 dan pilihan itu akan disampaikan lagi oleh rakyat Iran pada pilpres mendatang.
Pemerintahan Rouhani mencapai kesepakatan nuklir dengan Barat, Juli 2015. Berkat kesepakatan historis itu, sebagian besar aset Iran di negara-negara Barat yang dibekukan setelah meletusnya revolusi 1979 dicairkan.
Sementara kubu konservatif menyerang Rouhani karena kesepakatan nuklir justru dianggap membahayakan masa depan revolusi Iran. Harian Kayhan yang prokonservatif menyebut, terpilihnya Rouhani tahun 2013 adalah musibah. Harian itu menuduh Rouhani sebagai antek peradaban Barat.
Demikian pertarungan sengit kubu konservatif dan kubu reformis atau moderat sejak era Rafsanjani hingga Rouhani dalam memperebutkan posisi presiden Iran. Siapa pemenang pilpres tahun ini, menarik disimak.