China Makin Gencar Merekrut Talenta Dunia
Perusahaan multinasional biasanya sangat mudah merekrut talenta terbaik asal China, khususnya para lulusan terbaik dari universitas-universitas paling bergengsi di China. Akan tetapi, keadaan sekarang terbalik, minat para lulusan terbaik untuk bekerja di perusahaan multinasional berkurang cepat.
Hal ini sudah terasa sejak awal dekade 2010-an, seperti diulas dalam tulisan berjudul ”The Battle for China’s Talent” oleh Conrad Schmidt dari Harvard Business Review (HBR) di tahun 2011.
Berdasarkan temuan HBR, dalam 15 tahun terakhir atau sejak dekade 1990-an, perusahaan-perusahaan multinasional asal Amerika Serikat tidak pernah menghadapi masalah. Dulu begitu mudah dan sangat banyak lulusan terbaik China yang berminat menjadi karyawan di perusahaan multinasional.
Sejak awal dekade 2010-an, para lulusan terbaik China lebih tertarik bekerja di perusahaan lokal yang dianggap lebih prospektif. HBR menuturkan, efek krisis ekonomi di AS dan Eropa turut berpengaruh. Kini, perusahaan multinasional tidak saja makin sulit merekrut para lulusan terbaik asal China. Sekarang yang terjadi sebaliknya, yaknni para lulusan terbaik dunia makin tertarik bekerja di China. Harian Inggris, The Financial Times, edisi 30 Maret 2017, menuliskan hal itu.
Tim Byrnes, seorang warga Australia, di usia 39 tahun, adalah pakar ilmu fisika kuantum terkait pengembangan perangkat komputer. Dia seorang periset yang meninggalkan New York untuk sebuah pekerjaan di Shanghai, China. Selain mengembangkan komputer kuantum, Byrnes juga mengajar sebagai asisten profesor fisika di New York University Shanghai.
Byrnes merupakan salah satu dari 10.000 warga cerdas dunia yang direkrut secara global oleh lembaga pencari talenta yang bermunculan di China. Ini dalam rangka mengembangkan teknologi untuk memperkuat restrukturisasi industri China lewat program ”Made in China 2025”. Ada kesibukan luar biasa mengundang talenta-talenta terbaik dunia.
Untuk program ini, skema dukungan dari negara diberikan, seperti diarahkan ke lembaga Qianren Jihua (Thousand Talents) yang merekrut Byrnes ke China. Skema ini dirancang untuk membawa para pemikir Silicon Valley, Boston, dan di lokasi-lokasi lain untuk berkarya di Beijing atau Shenzhen.
Diluncurkan 10 tahun lalu dan diperkuat dari tahun ke tahun, program ini menawarkan kompensasi yang tidak bisa ditandingi perusahaan multinasional mana pun. Selain dana selamat datang sebesar 144.000 dollar AS (Rp 1,9 miliar), ada jaminan sekolah untuk anak-anak dan jaminan kerja pada pasangan. Para pelamar diteliti berdasarkan kualifikasi dan prestasinya. Para pelamar diharapkan adalah pemilik ilmu teknologi atau pernah mendapatkan hak kekayaan intelektual (paten) yang dinilai tinggi. Para pelamar paling sukses bebas memilih bekerja di swasta atau di lembaga pemerintah China.
Skema ini memburu talenta yang bertujuan mengembangkan industri di segala bidang, mulai dari pengejaran teknologi energi bersih sampai teknologi keamanan. Sebagai imbalan, perusahaan China akan menjadi pemilik sebagian hak paten yang ditemuan para talenta terbaik dunia itu. Program ini mendapatkan talenta terbaik dunia serta merangsang masuk kembali ilmuwan China itu yang dulu meninggalkan negaranya. Zhang Liang-jie, yang dulu pergi ke AS setelah meraih gelar doktor di Tsinghua University, adalah salah satu yang kembali ke negara asal.
Dunia akan terkejut
Hingga sekarang, China terus memburu talenta dunia. Harian The Star edisi 2 Mei 2017, mengutip berita dari The China Daily, menuliskan, ”Sejumlah universitas top di China ramai-ramai mencari talenta-talenta terbaik dunia.” Universitas Sains dan Teknologi China, yang berlokasi di Hefei, Provinsi Anhui, memasang iklan soal kebutuhan talenta bidang sains dan teknik terbaik dunia.
Tenaga mereka diperlukan untuk mengajar dan melakukan riset. Mereka yang berhasil lolos seleksi akan digaji minimal 450.000 yuan (sekitar Rp 869 juta) per tahun. Di samping itu masih ada dana riset 1-3 juta yuan. Para pakar cerdas ini dirangsang melakukan riset dengan biaya dari pemerintah. Kemudian ada lagi dana untuk membiayai kehidupan 500.000 yuan per tahun. Ini adalah kompensasi untuk talenta-talenta muda.
Universitas ini juga menjanjikan hunian berupa apartemen seluas 160 meter persegi. Para pelamar yang dibutuhkan universitas harus berusia di bawah 40 tahun dan pernah melakukan riset berkualitas serta pernah bekerja minimal tiga tahun di lembaga pendidikan ternama di luar negeri.
Tian Guoqiang, Direktur Sekolah Ekonomi Universitas Keuangan dan Ekonomi Shanghai, mengatakan, universitasnya salah satu yang paling dulu memulai perekrutan dari seberang untuk keperluan fakultas. Sejak 2005, Tian sudah memimpin tim ke AS mencari staf pengajar dan riset.
Liang Qi, Direktur Personalia di Universitas Jiao Tong Shanghai, salah satu lembaga pendidikan China, mengatakan, setiap kali ada kunjungan pemimpin universitas ke lembaga di luar negeri, di dalamnya termasuk misi perekrutan.
Profesor Shan-Jin Wei dari Columbia University, AS, mengatakan, China memang sangat gencar melakukan perekrutan.
Kadang aksi ini tidak memperhatikan efisiensi karena begitu murah hati menawarkan kompensasi. Akan tetapi, hasilnya adalah sudah mulai terlihat. Ada sentuhan teknologi yang kuat dalam produksi buatan China. Sejumlah telepon genggam buatan China sudah bisa disetarakan dengan kualitas ponsel buatan Apple atau Samsung.
Hal terbaru yang mengejutkan adalah sukses China melakukan penerbangan perdana pesawat penumpang Comac C919 buatan sendiri. George W Hamlin, Presiden Hamlin Transportation Consulting, mengatakan, penerbangan perdana ini menunjukkan keseriusan China soal industri penerbangan. China mengalahkan Jepang yang masih menunda uji coba pesawat penumpang buatan Mitsubishi.
Harian The South China Morning Post (SCMP) edisi Mei 7 2017 menuliskan, China akan mengejutkan dunia di depan. Kini sudah terbukti internet tercepat dunia ada di Shenzhen, bukan di San Francisco. Warga China kini membayar transaksi on-line lewat AliPay dengan menggunakan teknologi serupa milik PayPal, Google, dan Dolby. ”Kita akan dikejutkan oleh Huawei, di mana 40 persen dari 170.000 orang staf sedang mendalami riset. Di tahun 2020, akan ada teknologi 5G di China,” demikian SCMP.
China sedang digerakkan para ahli teknologi dan akan mencengangkan dunia beberapa dekade mendatang. Hak paten domestik China pun melejit dari nol menjadi sebanyak 928.000 pada tahun 2014, dan hak paten di AS hanya sebanyak 579.000 dan Jepang sebanyak 326.000 di tahun 2014. (REUTERS/AP/AFP)