logo Kompas.id
InternasionalHubungan Singapura-Indonesia...
Iklan

Hubungan Singapura-Indonesia Kian Matang

Oleh
· 3 menit baca

Usia emas atau 50 tahun menandai seseorang memasuki usia yang sangat dewasa, mengenal diri sendiri, dan makin bijaksana. Demikian pula, relasi diplomatik Indonesia dan Singapura yang pada 2017 memasuki tahun ke-50 diharapkan makin mengarah pada hubungan bilateral yang kian matang. Untuk memperingati hubungan bilateral tersebut, kedua negara berusaha menyebarluaskan slogan "Rising 50", singkatan dari Republik Indonesia-Singapura 50 Tahun. Beragam acara diselenggarakan Kedutaan Besar Singapura di Indonesia untuk memperingati 50 tahun hubungan kedua negara. Acara-acara itu, antara lain, meliputi pertandingan futsal, pertunjukan seni, dan sajian makanan. Tujuan acara ini meningkatkan hubungan antarmasyarakat sebagai tanda hubungan bilateral Indonesia-Singapura yang kokoh. Duta Besar Singapura untuk Indonesia Anil Kumar Nayar pada acara makan malam, Selasa (16/5), mengatakan, "Melalui rangkaian kegiatan dan kerja sama ini, kami harap kita dapat merayakan kesuksesan 50 tahun kemitraan kita dan mempersiapkan 50 tahun mendatang kemajuan pembangunan dan kemakmuran kedua negara." Acara makan malam itu juga dihadiri Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara, mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, serta mantan Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung. Rudiantara mengajak Singapura untuk fokus pada pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara.Diplomasi makanan Menurut Nayar, karena juga diajak untuk fokus pada persamaan, Singapura menggelar acara makan malam bersama. "Masyarakat Singapura dan Indonesia dikenal sebagai \'tukang makan\'. Bagi orang Singapura, makan merupakan hiburan nasional. Saya melihat Indonesia juga bangga dengan masakan lokalnya," ujarnya."Namun, terlepas dari pilihan individu dan warisan yang berbeda, kita dipersatukan oleh penghargaan yang sama atas makanan," kata Nayar. Untuk diplomasi makanan ala Singapura itu, Kedubes Singapura di Indonesia mengundang chef terkenal Singapura, Malcolm Lee. Ia adalah koki kepala dan pemilik restoran peranakan Michelin yang pertama di dunia, Candlenut. Lee, menurut Nayar, dibesarkan dengan masakan peranakan ibunya. Ia menyukai masakan klasik, seperti rendang sapi, dan berusaha mempromosikan warisan itu dengan pendekatan kontemporer tetapi otentik untuk masakan peranakan. Menu peranakan menunjukkan adanya hubungan erat antara Indonesia dan Singapura. "Sebagai tetangga dekat, masyarakat kita telah berbagi kesamaan dalam sejarah dan budaya, jauh sebelum dimulainya hubungan diplomatik secara formal," ucap Nayar.Sejak lama Asia Tenggara telah menjadi pusat persilangan dan interaksi di seluruh Asia. Selama berabad-abad pula pedagang Tionghoa dan India berkunjung ke pelabuhan-pelabuhan di seluruh negeri. Banyak pedagang menikah dengan warga lokal, menetap, membangun keluarga. Keturunan mereka dikenal dengan sebutan peranakan. Orang-orang ini menyatukan elemen-elemen kebudayaan lokal yang berbeda dan menggabungkan kebiasaan dari peradaban asli mereka. Hasilnya adalah kemunculan budaya baru yang unik serta perpaduan makanan yang lezat. (LOK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000