logo Kompas.id
InternasionalKorsel Memperkuat Pertahanan...
Iklan

Korsel Memperkuat Pertahanan Perbatasan

Oleh
· 3 menit baca

SEOUL, RABU — Situasi Semenanjung Korea kian tegang setelah Korea Utara kembali menguji rudal jenis baru. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, yang semula yakin bisa membujuk Korea Utara, kini khawatir kemungkinan besar konflik militer dapat terjadi di perbatasan kedua negara tetangga itu. Moon yang dilantik pekan lalu, Rabu (17/5), mengutarakan kekhawatirannya setelah melihat hasil pengembangan roket dan nuklir Korea Utara yang berjalan pesat. Ia menegaskan tak akan menoleransi provokasi dan ancaman nuklir Korut.Untuk mengantisipasi serangan dari Korut, Moon meminta militer untuk memperketat pertahanan. "Harus diakui, pada kenyataannya ada kemungkinan terjadi konflik militer di sepanjang perbatasan kita," ujarnya. Saat kampanye dan setelah dilantik, Moon masih yakin akan bisa membujuk Korut untuk kembali berunding dan menghentikan pengembangan rudal serta nuklir. Namun, setelah uji coba rudal oleh Korut, Minggu, pernyataan Moon berubah menjadi lebih tegas. Perundingan hanya dimungkinkan jika Korut mengubah perilaku. Sebenarnya secara teknis kedua negara Korea itu masih dalam status perang. Pertempuran pada 1950-1953 berakhir hanya dengan kesepakatan gencatan senjata, bukan pakta perdamaian.Kedua negara juga kerap bersitegang. Pada 2010, Korut dilaporkan melancarkan tembakan ke arah Yeonpyeong, pulau dekat perbatasan di sebelah selatan, sehingga empat orang tewas. Serangan ini merupakan yang pertama terhadap warga sipil setelah perang Korea berakhir. Pada tahun yang sama, Korsel menyebutkan, kapal selam mereka tenggelam di wilayah perbatasan Laut Kuning. Korsel menuding torpedo Korut sebagai penyebab kapal selam tenggelam. Sebanyak 46 orang tewas akibat serangan itu. Namun, Korut membantah tudingan itu. Serangkaian uji rudal dan nuklir oleh Korut memaksa Korsel menyepakati pemasangan sistem pertahanan anti-rudal milik AS, yakni terminal high altitude area defense,di Wonsan, Korsel. Sistem ini telah beroperasi. Korsel khawatir kondisi keamanan makin rawan saat Moon bertemu Presiden AS Donald Trump, Juni mendatang. Pertemuan menurut rencana dilakukan di Washington, AS. Buka komunikasiMeski situasi semakin tegang, Korsel tetap berusaha membuka komunikasi dengan Korut sesuai janji saat Moon berkampanye. Juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel, Lee Duk-haeng, menegaskan, komunikasi antara Korsel dan Korut harus dibuka kembali. Komunikasi mulai terganggu sejak tahun lalu akibat Korut yang bersikeras menguji coba nuklir hingga dijatuhkan sanksi. Sejak itu, kerja sama ekonomi keduanya terhenti. Pemimpin Komando Pasifik AS Admiral Harry Harris meminta semua pihak, terutama China dan Rusia, untuk merespons isu Korut dengan serius. Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui tingginya ancaman dari Korut, tetapi ia dapat memahami alasan Korut menguji coba rudal, yakni terintimidasi ancaman pihak luar. Juru bicara Kedutaan Besar Korut untuk Indonesia, Ri Hyong Ju, ditemui pada Selasa, mengatakan, uji rudal dan nuklir Korut dilakukan hanya demi meningkatkan kemampuan pertahanan diri mengingat AS, Korsel, dan Jepang kerap mengadakan latihan perang bersama di Laut Jepang. Bahkan, AS membawa kapal induk USS Carl Vinson dalam latihan itu. Sekarang, kapal-kapal AS juga berpatroli di kawasan. "Ini hak kami. AS dan musuh negara kami makin liar menekan dengan serangan militer. Ini ancaman nyata. Kami selalu berada di tengah ancaman AS. Kalau tak memperkuat pertahanan, kami sudah dari dulu diserang," kata Ri. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000