TEHERAN, RABU — Presiden Hassan Rouhani sedikitnya diunggulkan memenangi pemilu presiden Iran, Jumat besok. Namun, ia harus menghadapi perlawanan kubu konservatif melalui mantan Jaksa Agung Ebrahim Raisi. Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, Rabu (17/5), menyeru warga Iran untuk menggunakan hak suara mereka.
Pemilu presiden kali ini menjadi ajang pertarungan Rouhani dan Raisi meski masih ada dua calon lain, yakni mantan Kepala Kepolisian Nasional Mostafa Mirsalim dan mantan Menteri Kebudayaan Mostafa Hashemitaba. Sebelumnya, ada enam kandidat yang disetujui Dewan Penjaga Konstitusi, hasil saringan dari 1.636 orang yang mendaftar ke Kementerian Dalam Negeri.
Namun, awal pekan ini, dua calon, yakni Wali Kota Teheran Mohammad Baqer Qalibaf dari kubu konservatif dan wakil presiden pertama Iran Eshaq Jahangiri dari kubu reformis-moderat, mundur dari pencalonan. Keduanya mundur untuk memperkuat suara dukungan kepada calon dari kelompok mereka.
Rouhani (68) ingin memperpanjang jabatan untuk periode kedua, seperti para presiden sebelumnya pasca-Revolusi 1979. Namun, ulama dan sosok pragmatis itu menghadapi perlawanan sengit kelompok garis keras yang menyerangnya atas kegagalan mengatasi stagnasi ekonomi Iran setelah beberapa dekade dibelenggu sanksi internasional.
Banyak warga Iran merasa kesepakatan nuklir 2015 yang ditorehkan Rouhani dengan Barat belum menghasilkan perbaikan ekonomi lewat penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan, dan investasi asing. Rouhani berharap bisa merebut para pemilih yang tidak terlalu ingin berkonfrontasi dengan dunia luar serta bisa menikmati kebebasan sosial dan ekonomi di dalam negeri.
Beberapa hari terakhir, Rouhani mengadopsi retorika keras dan hampir melewati batas-batas yang diperbolehkan di Iran. Ia, misalnya, menuding lawan-lawan kubu konservatif melanggar HAM, menyalahgunakan otoritas keagamaan untuk meraih kekuasaan, dan mewakili kepentingan ekonomi aparat keamanan.
"Bapak Raisi, Anda bisa memfitnah saya sebanyak yang Anda inginkan," kata Rouhani dalam satu kesempatan. "Sebagai hakim pengadilan ulama, Anda bahkan bisa mengeluarkan surat perintah penahanan. Tetapi, tolong jangan memanfaatkan agama untuk meraih kekuasaan."
Rouhani menyatakan, ia butuh tambahan waktu untuk membangun kembali ekonomi Iran yang terkoyak sanksi bertahun-tahun dan salah kelola saat mulai menjadi presiden tahun 2013.
Meski tidak memiliki rekam jejak dalam memprediksi hasil pemilu, jajak pendapat lembaga International Perspectives for Public Opinion, 10 Mei, memperlihatkan, Rouhani masih memimpin sekitar 55 persen suara.
Lawan terkuat Rouhani adalah ulama garis keras Ebrahim Raisi (56). Ia menegaskan, Iran tidak butuh bantuan asing. Ia juga menjanjikan kebangkitan kembali nilai-nilai Revolusi Islam 1979. Mantan jaksa agung itu mendapat dukungan pasukan elite Garda Revolusi, milisi Basij, dan dua kelompok ulama.
Saat muncul di bursa pencalonan, Raisi relatif kurang begitu dikenal dan minim pengalaman di dunia politik. Ia lebih sering bekerja di belakang layar sebagai jaksa agung dengan jabatan terakhir sebagai kepala lembaga amal Imam Reza. Ia salah satu dari empat hakim yang memerintahkan eksekusi ribuan tahanan politik tahun 1988.
Namun, ia mitra dekat dan mantan murid Ayatollah Ali Khamenei. Ia bahkan sudah disebut-sebut menjadi calon pengganti Khamenei yang akan berusia 78 tahun, Juli mendatang. Raisi juga lebih disukai kelompok militer mapan berkat dukungannya pada ekonomi perlawanan, bukan ketergantungan pada asing.
Ia membidik suara dari kalangan pekerja dengan menjanjikan bantuan keuangan kepada mereka. Langkah itu diperkuat oleh statusnya sebagai sayid atau keturunan langsung Nabi Muhammad SAW.
Raisi juga mengincar suara kelompok warga miskin dengan menjanjikan jutaan lapangan kerja. "Meski tidak realistis, janji-janji seperti itu pasti akan menjadi daya tarik jutaan pemilih warga miskin," kata Saeed Leylaz, pakar ekonomi di Iran.
"Raisi masih memiliki peluang bagus untuk menang. Tetapi, hasilnya masih tergantung pada keputusan Khamenei," ujar mantan pejabat senior yang tak mau disebutkan namanya.
Pernyataan Khamenei
Khamenei secara resmi berada di atas hiruk-pikuk politik sehari-hari. Meski demikian, ia bisa memengaruhi hasil perolehan suara melalui dukungan secara diam-diam.
Dalam pernyataan, Rabu, Khamenei mengimbau rakyat Iran agar menggunakan suara mereka sebagai dukungan atas rezim terpilih menghadapi para musuh. "Amerika, pejabat Eropa, dan rezim Zionis tengah memantau pemilu kita untuk melihat tingkat partisipasi," kata Khamenei dalam pernyataan yang dirilis via akun Telegram.
Hasil pemilu diperkirakan bisa diketahui pada hari Minggu. Jika tak ada kandidat meraih 50 persen plus satu suara, digelar putaran kedua pada Jumat pertama setelah pengumuman hasil pemilu. (AP/AFP/REUTERS/SAM)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.