logo Kompas.id
InternasionalUnit 180 yang Mengancam Dunia
Iklan

Unit 180 yang Mengancam Dunia

Oleh
· 3 menit baca

Namanya biasa saja, Unit 180, tetapi aksinya telah menggetarkan dunia. Meskipun belum terbukti sebagai dalang dampak aplikasi penyandera data (ransomware WannaCrypt) yang pekan lalu menyerang lebih dari 300.000 komputer di 15 negara, Unit 180 merupakan "pasukan" penyerang siber yang paling agresif dan paling sukses di dunia.Unit 180 adalah sel khusus dari biro spionase Korea Utara yang menangani serangan siber. Dalam beberapa tahun terakhir, Unit 180 bertanggung jawab atas serangkaian serangan siber, terutama di jaringan finansial di Amerika Serikat, Korea Selatan, dan belasan negara lain.Ini merupakan laporan eksklusif kantor berita Reuters yang memperoleh informasi dari sejumlah warga sipil Korut yang menyeberang dan para ahli keamanan internet. Disebutkan, Korut terkait dengan kelompok peretas Lazarus yang bertanggung jawab atas perampokan siber sebesar 81 juta dollar AS dari Bank Sentral Banglades dan penyerangan terhadap studio Sony di Hollywood pada 2014.Pemerintah AS secara resmi menyatakan Korut di belakang peretasan studio Sony. Sejumlah jaksa kini sedang menyiapkan tuntutan untuk melawan Pyongyang terkait kasus perampokan Bank Sentral Banglades.Eks profesor ilmu komputer di Korut, Kim Heung-kwang, yang menyeberang ke Korea Selatan pada 2004, mengonfirmasi soal Unit 180.Kim yang masih memiliki sumber di Korut menyebutkan, serangan siber Pyongyang bertujuan untuk meraup diyakini dikendalikan oleh Unit 180. Kim menyebut Unit 180 sebagai kepanjangan tangan dari Biro Pengintaian Umum (RGB), biro intelijen Korut di luar negeri. "Unit 180 terlibat dalam peretasan institusi finansial dengan meretas dan mencuri uang dari rekening bank," kata Kim. Kim menuturkan, mantan murid-muridnya di Korut telah bergabung dalam apa yang disebut Komando Siber Strategis."Para peretas ini pergi ke luar negeri untuk mencari wilayah yang memiliki pelayanan internet yang jauh lebih baik dibandingkan Korut, juga agar tidak meninggalkan jejak," kata Kim.Biasanya para agen ini menyamar menjadi karyawan dari firma-firma perdagangan, perusahaan-perusahaan Korut di luar negeri, ataupun perusahaan gabungan di China atau Asia Tenggara."Mereka menggunakan peretasan untuk mendukung kegiatan kriminal demi dapat uang bagi rezim Korut," kata James Lewis, ahli Korut dari Pusat Kajian Strategis di Washington. Minim ongkosDepartemen Pertahanan AS yang menyerahkan laporan tentang Korut ke Kongres tahun lalu menyebutkan bahwa bagi Korut, serangan siber adalah "minim ongkos, asimetris, kecil risikonya untuk dibalas, karena jaringannya terpisah dari internet". "Mereka menggunakan infrastruktur internet dari negara-negara pihak ketiga," tulis laporan itu.Menurut Yoo Dong-ryul, mantan polisi yang mempelajari spionase Korut, Malaysia kini menjadi salah satu "pangkalan" untuk operasi serangan siber Korut. "Mereka bekerja di perusahaan perdagangan atau perusahaan teknologi informasi. Sebagian dari mereka membuat laman internet dan menjual program mainan digital," kata Yoo.Dari hasil investigasinya, Reuters menengarai ada dua perusahaan TI di Malaysia yang memiliki keterkaitan dengan Korut. (REUTERS/MYR)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000