Tingkat Ancaman Keamanan di Inggris pada Level Tertinggi
Oleh
Dahono Fitrianto
·3 menit baca
LONDON, SELASA – Pemerintah Inggris menaikkan level ancaman keamanan negeri itu ke tingkat ”Kritis” atau tingkat tertinggi setelah serangan bom bunuh diri di Manchester Arena yang menewaskan 22 orang, termasuk anak-anak, Senin malam lalu. Level ”Kritis” ini mengindikasikan kemungkinan bahwa serangan susulan berpeluang besar terjadi dalam waktu dekat.
Pengumuman peningkatan level ancaman keamanan di Inggris itu diumumkan PM Theresa May dalam pidato yang disiarkan langsung televisi-televisi negeri itu. Keputusan itu diambil Joint Terrorism Analysis Centre, lembaga independen yang beranggotakan para pakar keamanan dari pemerintah, kepolisian, dan lembaga-lembaga terkait.
Keputusan diambil karena para penyelidik di Inggris belum bisa memastikan apakah pelaku bom bunuh diri di Manchester, Salman Abedi (22), bertindak sendirian atau merupakan bagian dari gerakan jaringan tertentu. Sebelumnya, tingkat ancaman keamanan di Inggris berada di level ”Gawat (Severe)”.
Asisten Komisaris Polisi Mark Rowley, yang memimpin satuan polisi kontraterorisme nasional, mengatakan bahwa investigasi terkait pengeboman di Manchester Arena berjalan cepat dan membuat kemajuan yang baik. ”Akan tetapi, fokus penyelidikan yang kritis adalah apakah pelaku teroris (di Manchester) yang sudah mati ini bertindak sendirian atau bagian dari sebuah kelompok,” ujarnya seperti dikutip BBC.
Pengerahan militer
Dengan peningkatan level ancaman keamanan ini, Pemerintah Inggris akan mengerahkan personel militer untuk membantu polisi mengamankan tempat-tempat penting di Inggris. Tentara juga akan dikerahkan untuk menjaga berbagai acara yang melibatkan banyak orang, seperti konser, dalam beberapa minggu mendatang. Tentara akan bergerak di bawah komando kepolisian.
Meski demikian, May menegaskan bahwa pengerahan personel militer akan dilakukan secara proporsional untuk mencegah kepanikan massal di publik Inggris.
Kenaikan level ancaman keamanan hingga tingkat tertinggi ini baru dilakukan dua kali dalam sepuluh tahun terakhir. Pertama pada 2006 saat dilalukan operasi besar-besaran guna menghentikan rencana peledakan pesawat Trans-Atlantik menggunakan bom-bom cair.
Tahun 2007, level ”Kritis” ini kembali diberlakukan saat aparat keamanan Inggris mengejar kelompok yang hendak mengebom sebuah kelab malam di London. Kelompok itu kemudian menyerang Bandara Glasgow di Skotlandia.
Keluarga imigran Libya
Sebelumnya, Kepolisian Inggris telah mengindentifikasi pelaku bom bunuh diri di foyer Manchester Arena tersebut sebagai Salman Abedi (22), pria kelahiran Manchester dari pasangan orangtua asal Libya. Pihak Universitas Salford di Inggris membenarkan Abedi pernah kuliah di sana, tetapi tidak memberikan penjelasan lebih detail.
Keluarga Abedi tercatat pernah tinggal di beberapa alamat di Manchester, termasuk di sebuah rumah di Elsmore Road di kawasan Fallowfield, Manchester, yang digerebek polisi pada Selasa. Di Fallowfield itu juga, polisi sempat meledakkan benda yang dicurigai sebagai bom rakitan. Abedi diyakini beraksi menggunakan bom rakitan.
Selain di Fallowfield, polisi juga melakukan penggerebekan di kawasan Chorlton dekat Manchester dan menangkap seorang pria berusia 23 tahun yang dicurigai terlibat dalam aksi teror ini.
Abdalla Yousef, juru bicara Masjid Didsbury di Manchester, membenarkan bahwa ayah dan saudara laki-laki Abedi pernah beribadah di masjidnya. Namun, Abedi sendiri diketahui selalu menjalankan ibadah di masjid lain.
Yousef juga mengatakan bahwa keluarga Abedi telah pindah ke Libya sejak beberapa tahun lalu. “Saya berhasil melacak seseorang yang kenal keluarga itu. Dia membenarkan bahwa ayah dan seluruh keluarganya telah pindah ke Libya setelah revolusi (di negara itu) dan setelah (mantan pemimpin Libya) Khadafy tewas,” kata Yousef.
Terkait korban, otoritas Inggris juga sudah mengidentifikasi empat dari 22 jenazah korban tewas. Satu di antaranya adalah anak perempuan berusia 8 tahun, Saffie Rose Roussos. Korban lainnya adalah dua remaja, Georgina Callander (18) dan Olivia Campbell (15), dan seorang pria, John Atkinson (28). Mereka semua baru saja menonton konser penyanyi muda asal AS, Ariana Grande, di Manchester Arena, dan dalam perjalanan keluar dari gedung itu saat bom meledak.
Selain itu, 59 korban luka masih dirawat intensif di delapan rumah sakit di sekitar Manchester. Sebanyak 12 korban di antaranya adalah anak-anak berusia di bawah 16 tahun.
(BBC/Reuters/AFP)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.