logo Kompas.id
InternasionalDi Tengah Retorika Anti-Iran, ...
Iklan

Di Tengah Retorika Anti-Iran, RI Beri Tawaran Berbeda

Oleh
· 3 menit baca

Harapan besar tertuju pada pertemuan pemimpin dunia di King Abdulaziz International Conference Center di Riyadh, Arab Saudi, Minggu (21/5). Sebagian kalangan membayangkan lahirnya komunike bersama tentang terorisme. Setidaknya sekitar 50 pemimpin dunia pada Konferensi Tingkat Tinggi Arab, Islam, Amerika itu bisa melahirkan sikap bersama melawan aksi teror.Komunike itu diharapkan membahas aksi-aksi teror, antara lain oleh kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Sayang, pembahasan soal gerakan ini nyaris nihil. Setelah KTT usai, teror melanda kota Manchester (Inggris), Marawi (Filipina), dan Jakarta (Indonesia). Para pelaku teror seakan meledek bahwa mereka tak peduli dengan apa pun yang dibicarakan pemimpin dunia di Riyadh. Hari Minggu sore itu di Riyadh, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud membuka acara. Awalnya, Raja Salman menyampaikan gagasan tentang pentingnya membangun kerja sama melawan terorisme dan ekstremisme demi perdamaian dunia. Namun, pada pertengahan pidato, ia mulai mengecam Iran, rival Arab Saudi. Dia menyebut kata "Iran" dan "Iranian" sebanyak enam kali sebagai pendukung terorisme. Senada dengan Raja Salman, Presiden AS Donald Trump ikut mengecam Iran sebagai biang persoalan terorisme global. Tak ada satu kata pun terucap dari mulut Trump mengenai NIIS. Dia menyebut kata "Iran" dan "Iranian" sebanyak 11 kali. Kecaman terhadap Iran berlanjut pada konferensi pers yang dihadiri Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir dan Menlu AS Rex Tillerson. Seorang jurnalis bertanya soal ketidakhadiran Iran di forum itu. Adel menjelaskan, kehadiran Iran sebuah kemustahilan. Sebab, katanya, Iran pendukung terorisme dan tidak mungkin bisa dihadirkan di forum yang mengecam tindakan terorisme.Dalam KTT itu, Presiden Joko Widodo merupakan salah satu dari tujuh kepala negara yang berbicara. Presiden berpidato setelah Raja Abdullah dari Jordania. Dalam pidato selama 6 menit 34 detik itu, Presiden tak menyebut satu pun negara sebagai biang terorisme.Sindiran JokowiPresiden menekankan perdamaian dan persatuan di kalangan negara-negara berpenduduk Muslim. Menurut Presiden, umat Islam sedunia harus bersatu untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah atau kerukunan sesama umat Islam. Persatuan umat merupakan kunci keberhasilan memberantas terorisme."Janganlah energi kita habis untuk saling bermusuhan," kata Presiden. Pernyataan Presiden itu seakan menyindir sejumlah pemimpin yang hadir. Sindiran bahwa di tengah aksi teror yang terus terjadi, beberapa pemimpin masih saja saling tuding menyebut negara lain sebagai biang persoalan terorisme. Presiden Trump dan Raja Salman tak berekspresi, menyimak pidato Presiden Jokowi. Presiden mengajak para pemimpin menyelesaikan akar masalah, yakni ketimpangan dan ketidakadilan. Karena itu, penting kiranya semua pihak melakukan program pemberdayaan ekonomi inklusif sehingga kesempatan orang meningkatkan kesejahteraan semakin luas. Di ujung pidato, Presiden Jokowi kembali mengingatkan pihak-pihak yang bertikai untuk berani menjadi bagian solusi persoalan dunia, bukan malah bagian dari masalah terorisme.Oase di gurunSamir Safa, Global Head of Islamic Banking Transformation, mengapresiasi pidato Presiden Jokowi. Pidato tersebut bagaikan oase di tengah panasnya konflik Timur Tengah. Presiden Jokowi tidak ikut-ikutan menuding Iran sebagai biang persoalan terorisme global. Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, menyayangkan, para pemimpin dunia yang hadir di KTT Riyadh tidak merumuskan sikap bersama terhadap NIIS. Adapun pengamat terorisme dari Institute for Security and Strategic Studies, Khairul Fahmi, mengatakan, perlu adanya penguatan mitigasi. Selama ketidakadilan, kesenjangan ekonomi, kesenjangan sosial, dan keterbelakangan pendidikan masih ada, persoalan terorisme akan selalu ada. Kehadiran Presiden Jokowi ke forum KTT Riyadh tergolong singkat. Tidak sampai 24 jam Presiden berada di kota itu. Saat acara masih berlangsung, Presiden meninggalkan lokasi karena harus segera kembali ke Tanah Air untuk menjemput Raja Swedia Carl XVI Gustaf, Senin pagi, di Istana Bogor. Presiden tidak menandatangani satu pun dokumen di forum itu.(Andy Riza Hidayat dari Riyadh, Arab Saudi)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000