logo Kompas.id
InternasionalLonceng Tanda Bahaya dari Kota...
Iklan

Lonceng Tanda Bahaya dari Kota Marawi

Oleh
· 3 menit baca

Sudah hampir dua pekan, pertempuran masih berkecamuk kota Marawi, Pulau Mindanao, Filipina selatan. Belum ada tanda-tanda bahwa pertempuran akan berakhir dalam waktu dekat, meski militer Filipina mengklaim telah membuat kelompok militan terdesak. Militer Filipina telah kehilangan 38 tentara, termasuk 10 orang akibat salah sasaran serangan bom yang mereka jatuhkan. Saat Marawi jatuh dari kontrol pemerintah, kelompok yang disebut dalam serangan mengejutkan itu adalah kelompok Maute. Namun, melihat daya tempur kelompok itu yang tidak mudah dipatahkan, Presiden Filipina Rodrigo Duterte berkesimpulan bahwa itu bukan sekadar serangan Maute, melainkan serangan NIIS. Salah satu indikasinya adalah-diketahui dari sejumlah anggota militan yang tewas-keterlibatan banyak milisi asing, antara lain dari Arab Saudi, Yaman, Chechnya, India, Maroko, Turki, Malaysia, dan Indonesia. Pola serangan mereka saat merebut kota Marawi juga mengingatkan pada taktik serangan NIIS di Mosul dan kota-kota lain di Irak pada 2014. Mereka menyerang penjara, membebaskan para tahanan, menguasai kantor-kantor pemerintahan, menyerang dan menjarah senjata serta amunisi di pos-pos dan kantor polisi, menutup jalan-jalan, serta menempatkan para penembak runduk di beberapa lokasi."NIIS sedang tenggelam di Irak dan Suriah dan (mereka) mendesentralisasi di beberapa bagian di Asia dan Timur Tengah. Salah satu area tempat mereka memperluas basis adalah Asia Tenggara, dan Filipina menjadi pusatnya," kata Rohan Gunaratna, pakar keamanan pada S Rajaratnam School of International Studies, Singapura. Seperti di Suriah dan Irak yang dilanda kekacauan sebelum NIIS menyerang, Mindanao merupakan tempat subur bagi tumbuhnya radikalisme. Selama puluhan tahun, kawasan itu dihuni para bandit, kelompok-kelompok perlawanan, dan gerakan separatis. Kemiskinan dan situasi tanpa hukum, demikian peringatan banyak pejabat setempat, membuat Mindanao sudah lama berpotensi dijadikan basis gerakan-gerakan radikal Asia Tenggara, terutama setelah NIIS mulai terdesak dari Irak dan Suriah. "Kami tidak mencermati mereka telah menyelinap ke Marawi karena kami terlalu fokus pada sarang mereka di gunung-gunung," ujar Delfin Lorenzana, Menteri Pertahanan Filipina. Obrolan di TelegramDi kalangan pendukung NIIS, rencana merebut Marawi sudah menjadi bahan perbincangan mereka dalam aplikasi Telegram, tahun lalu. Pengamat terorisme Sidney Jones kepada kantor berita Reuters memperlihatkan pesan-pesan yang diunggah pendukung NIIS dalam aplikasi itu. Salah satu dari mereka, misalnya, melontarkan, "Hijrahlah ke Filipina. Pintu sudah terbuka." Melihat posisi Mindanao yang berbatasan langsung dengan Indonesia dan Malaysia, krisis di Marawi menjadi lonceng tanda bahaya bagi dua negara itu. Kepolisian Negara RI memastikan, ada 38 warga Indonesia yang ikut bergabung kelompok Maute dalam pertempuran di Marawi. Empat di antaranya tewas. Pejabat Indonesia meyakini, sebagian anggota militan menyelinap ke kota Marawi, bersamaan dengan pertemuan tahunan Jamaah Tabligh di kota itu, yang berlangsung beberapa hari sebelum pertempuran pecah. Jamaah Tabligh merupakan kelompok dakwah nonpolitik dengan salah satu ajarannya tentang khuruj (berdakwah sedikitnya 40 hari dalam setahun). Dengan munculnya krisis di Marawi, aparat keamanan Indonesia telah memperketat pengamanan di perbatasan, terutama di wilayah utara Kalimantan dan Sulawesi, untuk mencegah rembesan pertempur dari Marawi. "Jarak antara Marawi dan teritorial Indonesia hanya lima jam perjalanan kapal. Harus dicegah jangan sampai mereka memasuki teritorial kami dan menjalankan aktivitas (militan)," kata sumber intelijen Indonesia. (AP/AFP/REUTERS/SAM)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000