Prayuth Akan Berkunjung ke Gedung Putih

BANGKOK, SELASA — Juru bicara Pemerintah Thailand, Weerachon Sukondhapatipak, Senin (5/6), di Bangkok, Thailand, mengatakan, pemimpin junta militer negara itu, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, akan berkunjung ke Gedung Putih, Amerika Serikat, Juli 2017. Kunjungan dilakukan Prayuth guna memenuhi undangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Sebelum ini AS menangguhkan dialog tingkat tinggi dan mengurangi latihan militer dengan Thailand setelah kudeta yang dipimpin Prayuth, beberapa tahun silam. Undangan yang ditujukan kepada mantan Kepala Staf Angkatan Darat Thailand ini menjadi tanda dari AS untuk membangun kembali relasi diplomatik yang baik dengan Thailand. Saat ini Washington berupaya menjalin kerja sama dengan mitra-mitra mereka di Asia. Hal ini dilakukan AS agar dapat menekan Korea Utara yang terus mengembangkan program rudal dan nuklir. Selain itu, kerja sama yang erat dengan negara-negara Asia diperlukan guna menandingi ambisi China di kawasan perairan Laut China Selatan. Weerachon menjelaskan, pembicaraan di antara kedua pemimpin negara akan melingkupi isu perdagangan, investasi, dan keamanan, termasuk di dalamnya isu keamanan terkait perdagangan manusia (human trafficking). Menurut dia, pertemuan Prayut dengan Trump diperkirakan berlangsung sekitar akhir Juli. Namun, tanggal pastinya masih menunggu konfirmasi. DuterteSelain kepada Prayuth, Trump juga tampak membuka tangan bagi pemimpin yang juga dinilai "otoriter", yakni Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Ia dinilai oleh sejumlah kalangan telah menggelar perang terhadap narkoba yang menelan korban tewas ribuan orang. Kelompok hak asasi manusia khawatir kebijakan Trump yang "mengutamakan kepentingan Amerika" (America First) membuat Washington bersikap lunak terhadap persoalan hak asasi manusia. Kunjungan Prayut ke Washington diperkirakan akan menuai kritik. (REUTERS/ATO/LOK)