WASHINGTON, SELASASerangkaian cuitan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperkeruh hubungan negara itu dengan Qatar. Trump terang-terangan menuduh Qatar membiayai ekstremisme.
Komentar-komentar Trump di Twitter itu muncul Selasa (6/6) setelah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan negara-negara Arab lain memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Pada cuitan pertamanya, Trump memuji negara-negara Teluk yang telah mengisolasi Doha. "Mungkin inilah awal dari berakhirnya horor terorisme," ungkapnya.
Pada cuitannya yang lain, Trump mengaku senang karena kunjungannya ke Arab Saudi baru-baru ini membuahkan hasil.
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani menyangkal negaranya membiayai terorisme. Kepada BBC, dia mengatakan tidak ada bukti Pemerintah Qatar menyokong kelompok ekstrem.
Pada kesempatan lain, ketika diwawancarai CNN, Menlu Qatar menyatakan, peretas Rusia telah menerobos kantor berita Qatar dan menyebarkan kabar palsu, beberapa waktu lalu. Peretasan ini, menurut Qatar, ikut menyebabkan krisis diplomatik di antara negara-negara Teluk. Al-Thani mengklaim apa yang disampaikannya telah dibuktikan oleh Biro Investigasi Federal AS (FBI).
Mengejutkan
Sejumlah diplomat dan mantan pejabat merasa terkejut dengan kicauan Trump yang menyiratkan secara terbuka keberpihakannya dalam krisis yang tengah terjadi di Timteng. Baru beberapa pekan lalu, Trump berjabat tangan dengan Emir Qatar Sheikh Tamin bin Hamad al-Thani dan mengatakan, "Kita adalah teman. Kita telah berteman lama."
Akibat pernyataan-pernyataan Trump lewat Twitter itu, para pejabat AS berusaha menenangkan situasi. Juru bicara Departemen Pertahanan AS, Jeff Davis, menyatakan, tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan pangkalan militer AS, Al-Udeid, yang berada dekat Doha. Pangkalan Udara Al-Udeid merupakan andalan AS. Terdapat sekitar 10.000 personel militer AS di tempat itu.
Gedung Putih melalui juru bicaranya, Sean Spicer, juga ikut meredam suasana dengan mengatakan, pemerintah ingin melihat masalah di Timteng mereda dan segera dipecahkan. "Presiden sebelumnya melakukan pembicaraan yang sangat konstruktif dengan Emir (Qatar) dalam kunjungannya ke Riyadh," ucapnya.
Saat itu, menurut dia, Trump terkesan dengan komitmen Emir Qatar yang mau bergabung dalam upaya penumpasan teroris.
Dalam pernyataannya, Spicer juga mengungkapkan, Trump telah berbicara dengan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud. Presiden menekankan pentingnya persatuan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) demi stabilitas kawasan.
"Kedua pemimpin membicarakan target-target penting dalam mencegah pendanaan organisasi teroris," kata Spicer tentang pembicaraan lewat telepon antara Trump dan Raja Salman, Selasa. GCC merupakan blok regional meliputi Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Oman.
Sementara itu, Turki mendukung Qatar. Presiden Recep Tayyip Erdogan mengkritik sanksi atas negara itu.
(AFP/AP/REUTERS/RET)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.