logo Kompas.id
InternasionalUji Rudal Jelajah Bentuk...
Iklan

Uji Rudal Jelajah Bentuk Protes dan Unjuk Kekuatan

Oleh
· 2 menit baca

SEOUL, KAMISKorea Utara, Kamis (8/6), kembali menguji coba rudal. Kali ini Korea Utara menguji rudal jelajah antikapal di Provinsi Gongwan, pesisir pantai timur Korea Utara. Uji coba ini merupakan yang kelima dalam satu bulan terakhir ini. Padahal, satu pekan lalu, PBB sudah memperluas sanksi terhadap rezim Korut yang dipimpin Kim Jong Un. Berdasarkan pemantauan Kementerian Pertahanan Korea Selatan, rudal itu adalah rudal jarak pendek yang berhasil meluncur sejauh 200 kilometer. Ketinggian jelajah mencapai 2 kilometer, lalu jatuh di Laut Jepang. Sebelumnya Korut memerintahkan uji peluncuran rudal balistik, rudal dari darat ke udara, dan rudal dari kapal ke darat. "Korut intensif menguji rudal untuk menunjukkan kepada dunia bahwa sanksi apa pun tak akan membuat mereka bertekuk lutut. Mereka juga protes karena ada kapal selam nuklir AS yang sekarang berada di Korsel," kata Yang Moo-jin dari University of North Korean Studies, Seoul.Kapal selam nuklir USS Cheyenne seberat 6.900 ton itu berasal dari pangkalan militer AS di Pearl Harbor. Kapal selam ini dilaporkan tiba di Pelabuhan Busan, Selasa lalu. Variasi rudalPresiden Korea Selatan Moon Jae-in mengingatkan Korut untuk menghentikan provokasi. Jika terus melakukannya, Korut hanya akan menghadapi isolasi dan kesulitan ekonomi yang lebih parah. "Kami tak akan mundur atau mengompromikan apa pun yang akan mempertaruhkan keamanan nasional dan keselamatan rakyat," ujarnya. Juru bicara Kepala Staf Gabungan Korsel, Roh Jae-cheon, menduga, uji coba itu dilakukan hanya untuk memamerkan variasi dan kemampuan rudal dalam menyerang secara presisi.Analis jaringan pertahanan Korea, Lee Il-Woo, mengatakan, uji coba rudal jelajah tidak melanggar resolusi PBB karena karakter rudal jelajah lebih lambat dibandingkan dengan rudal balistik. Rudal jelajah juga bisa dengan mudah ditembak jatuh oleh artileri antipesawat. Resolusi PBB hanya melarang Korut mengembangkan sekaligus menguji coba rudal balistik. "Korut cukup hati-hati dan tidak mau memicu aksi militer AS dengan menguji coba rudal antarbenua," tutur Lee. Meski sudah mendapat sanksi baru dari PBB, Korut bersikeras menolak menghentikan program pengembangan rudal dan nuklir. Alasannya, Korut membutuhkan alat untuk mempertahankan diri seperti halnya negara-negara lain. China, yang diandalkan untuk membujuk Korut, mendesak semua pihak kembali berunding dan tidak memberikan sanksi lagi. (REUTERS/AFP/LUK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000