logo Kompas.id
Internasional"Shanghai 8" dan Bayang-bayang...
Iklan

"Shanghai 8" dan Bayang-bayang Hegemoni Rusia-China

Oleh
· 4 menit baca

Menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Shanghai, di Astana, Kazakhstan, 8-9 Juni, serasa berada di forum khusus negara-negara bekas pecahan Uni Soviet plus China. Bergabungnya India dan Pakistan, dua kekuatan di Asia Selatan, memberi dimensi baru pada organisasi itu. Dari hal kecil, seperti penggunaan bahasa resmi, misalnya, forum Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) hanya menjadikan bahasa Rusia dan China sebagai bahasa resmi. Pada sesi pertama sidang Dewan Kepala Negara, yang belum diikuti India dan Pakistan, Jumat (9/6), fasilitas penerjemahan di pusat media hanya menyediakan dua saluran: Rusia dan China.Hal ini berubah pada sesi kedua, yang sudah diikuti Perdana Menteri India Narendra Modi dan PM Pakistan Nawaz Sharif. Fasilitas penerjemahan bertambah saluran bahasa Inggris dan India. Sharif juga menyampaikan sambutan dalam bahasa Inggris."Memberikan keanggotaan penuh SCO kepada India dan Pakistan pada sidang Dewan Kepala Negara SCO ini akan memfasilitasi perkembangan dan memperluas potensi SCO," kata Rashid Alimov, Sekretaris Jenderal SCO, kepada pers di akhir KTT.Peresmian bergabungnya India dan Pakistan adalah salah satu agenda utama KTT SCO ini. Ini evolusi baru SCO, yang dirintis pada 1996 di Shanghai, China, sebagai kesepakatan empat negara pecahan Uni Soviet (Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan), dan China.Kelima negara itu biasa disebut "Shanghai 5". Dibentuk setelah Uni Soviet kolaps, perkumpulan itu semula dibentuk untuk mengatasi isu-isu perbatasan antara negara-negara yang baru merdeka di Asia Tengah dan China menghadapi apa yang kerap disebut "tiga setan": terorisme, ekstremisme, dan separatisme. Pada 2001, Uzbekistan bergabung menjadi "Shanghai 6", dengan nama SCO. Meski beranggotakan negara-negara di 60 persen daratan Eurasia, SCO menegaskan bukan blok militer atau aliansi tertutup. SCO adalah organisasi terbuka untuk kerja sama internasional dan membuka pintu bagi anggota baru.Pada 2005, beberapa negara mulai mengirim perwakilan, yaitu India, Iran, Mongolia, dan Pakistan. Mereka menjadi pemantau bersama Belarus dan Afganistan yang lalu menyusul. Selain itu, ada Nepal, Sri Lanka, dan Turki sebagai mitra wicara.India dan Pakistan lalu mengajukan diri bergabung ke SCO, disetujui pada KTT 2015, dan mulai bergabung tahun ini. "Itu berarti organisasi ini melangkah ke babak baru dalam pengembangan kelembagaan sebagai \'Shanghai 8\'," kata Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev.SCO juga menjadi pemantau di berbagai lembaga internasional, seperti Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, ASEAN, Perkumpulan Negara Persemakmuran, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).Situasi baruBanyak pengamat menganalisis bergabungnya India dan Pakistan dalam SCO, yang membuat SCO kini memiliki 42 persen populasi dunia dan hampir 20 persen produk domestik bruto (PDB) dunia. Namun, menurut Aidar Amrebayev, Kepala Pusat Ilmu Politik Terapan dan Studi Internasional di Almaty, Kazakhstan, potensi pertumbuhan itu bukannya tanpa ancaman. "Sebelum ini, SCO hanyalah satu \'permainan utama\'-antara China dan Rusia dalam berebut pengaruh terhadap negara-negara Asia Tengah," tulis Amrebayev dalam Eurasia Review, Oktober 2016. "Kini, ketegangan internal semakin kompleks dengan masuknya India dan Pakistan."Selama ini, fokus SCO terpusat pada kerja sama keamanan, ekonomi, dan interaksi kemanusiaan di Asia Tengah. Setelah India dan Pakistan masuk, perhatian kawasan Asia Tengah akan terpecah. "Pemain besar akan mendesakkan strategi dan kepentingan mereka," lanjut Amrebayev.Rusia jelas berusaha mempertahankan status quo di Asia Tengah, sedangkan China ingin memanfaatkan SCO merealisasikan mimpi "Satu Sabuk, Satu Jalan". Muncul spekulasi tentang pertarungan kepentingan dua negara itu terkait bergabungnya India dan Pakistan.Rusia disebut mendorong masuknya India demi "kerja sama Rusia-India lebih dekat", pintu menuju kolaborasi dalam energi nuklir, gas alam, sektor petrokimia, dan lain-lain. Sikap Rusia didukung Kirgistan dan Tajikistan. Tak mau kalah, China mendesak Pakistan masuk untuk penyeimbang poros Rusia-India.Di KTT, ketegangan itu tentu tidak terlihat. Saat menyampaikan pandangan masing-masing, para kepala negara menebar kata-mata manis. "Seperti ungkapan di Kazakhstan, di mana ada solidaritas, di situlah ada kebahagiaan," ujar Presiden China Xi Jinping saat memaparkan lima model kerja sama di KTT."Perluasan SCO tidak diragukan membuat organisasi ini lebih kuat dan berpengaruh di ranah politik, ekonomi, dan kemanusiaan," kata Presiden Rusia Vladimir Putin.KTT SCO mengadopsi 11 dokumen Deklarasi Astana. Beberapa isu konflik jadi perhatian utama, seperti krisis di Afganistan, Suriah, Ukraina, dan perundingan nuklir Iran. SCO berkomitmen menangani krisis itu melalui jalur politik dan diplomasi. (Mh Samsul Hadi, dari Astana, Kazakhstan)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000