Uni Emirat Arab Minta AS Pindahkan Pangkalan dari Qatar
Uni Emirat Arab meminta AS memindahkan pangkalan dari Qatar. Keberadaan pangkalan ini membuat negara Teluk "menahan diri" terhadap Qatar.
Oleh
A Tomy Trinugroho
·3 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Duta Besar Uni Emirate Arab untuk Amerika Serikat Yousef al-Otaiba menilai AS seharusnya mempertimbangkan untuk memindahkan pangkalan udara mereka dari Qatar. Menurut dia, Selasa (13/6/2017), AS sebaiknya memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk menekan Qatar yang dituduh mendukung kelompok ekstrem.
Saat krisis teluk memasuki minggu kedua, Dubes UEA di Washinton, AS, juga menyatakan, negara-negara tetangga Qatar akan segera memberikan kepada AS daftar tindakan yang harus dilakukan Qatar sebelum hukuman yang diberikan atas negara itu dicabut. Salah satu tindakan ini meliputi keharusan pemberian sanksi oleh Pemerintah Qatar atas rekening milik perorangan yang sebelumnya sudah mendapatkan sanksi dari negara-negara Arab.
Dalam upaya untuk mengisolasi Qatar lewat pemutusan hubungan diplomatik, UEA, Arab Saudi, dan sejumlah negara lain mendapatkan dorongan semangat dari Presiden Donald Trump. Menurut Otaiba, UEA dan AS telah terlalu lama membiarkan ”perilaku buruk” Qatar terjadi.
”Jujur saja, alasan tindakan tidak diambil terhadap Qatar adalah keberadaan pangkalan udara tersebut,” tutur Otaiba merujuk pada Pangkalan Al Udeid, yang berada tidak jauh dari Doha, ibu kota Qatar. ”Pangkalan udara tersebut merupakan jaminan asuransi yang sangat bagus terhadap berbagai tekanan.”
Otaiba mengatakan, UEA belum menyampaikan kepada AS agar sebaiknya mempertimbangkan untuk memindahkan pangkalan udara dari Qatar. Namun, UEA sangat ingin mengungkapkan hal itu kepada AS.
Ia menyarankan pula agar pasukan AS dipindahkan dari Qatar ke UEA. Merujuk pada kerja sama pertahanan terbaru antara AS dan UEA pada bulan lalu, menurut Otaiba, infrastruktur sudah siap jika AS hendak memindahkan tentara.
Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan beberapa negara lain, pekan lalu, mengumumkan penghentian semua hubungan dengan Qatar. Mereka menuduh Doha mendukung kelompok teroris dan memiliki kedekatan dengan Iran. Qatar telah membantah tuduhan itu.
Di London, Selasa, Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mendesak semua pihak untuk menahan diri dari dan segera menggelar mediasi. Ia merencanakan untuk menemui menteri luar negeri Arab Saudi, Kuwait, dan UEA.
Menyikapi krisis diplomatik antara Qatar dan beberapa negara Timur Tengah, Pemerintah Indonesia terus coba membangun komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait. Setelah berkomunikasi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, Presiden Joko Widodo menghubungi Putra Mahkota Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed al-Nahyan.
”Sampai saat ini saya sudah menelepon Presiden Turki Erdogan. Sudah bicara banyak. Saya juga menelepon Emir Qatar Sheikh Tamim. Bicara banyak juga. Kemudian kemarin malam, saya telepon lagi ke Sheikh Mohammed dari Uni Emirat Arab dan juga bicara banyak,” kata Presiden di sela-sela pembagian paket bahan pangan kepada masyarakat di Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa.