Indonesia DisarankanMenjaga Posisi Netral
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia disarankan untuk mengambil posisi netral dan mendorong rekonsiliasi di antara dua pihak yang berseberangan dalam konflik diplomatik di Timur Tengah. Upaya mendorong dialog harus dilakukan dan jangan sampai memicu konflik lebih buruk.Hal itu disampaikan Peneliti Kajian Timur Tengah dan Politik Islam Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nostalgiawan Wahyudhi saat memaparkan hasil penelitian Tim Agama dan Politik LIPI tentang krisis diplomatik Qatar, di Jakarta, Senin (19/6). Menurut dia, Indonesia bisa menawarkan diri sebagai fasilitator perdamaian, bukan mediator. "Indonesia belum punya diplomatic pressure terhadap negara yang bersengketa sehingga kurang efektif sebagai mediator. Tetapi, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, Indonesia berpotensi sebagai fasilitator yang menyediakan tempat dialog bagi Qatar dan negara yang bersengketa," ujar Nostalgiawan.Isolasi yang dilakukan Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan sejumlah negara lain terhadap Qatar bisa mengarah pada polarisasi baru karena negara seperti Iran, Turki, Kuwait, dan Oman kini berlomba-lomba membantu Qatar."Kelompok yang kontra-Arab Saudi akan semakin kuat. Ini membahayakan karena Timur Tengah rawan konflik. Karena itu, harus menjaga posisi yang paling netral karena setiap pihak punya kepentingan," ujarnya.Perselisihan yang terjadi, terutama antara Qatar dan Arab Saudi, berawal dari kudeta yang dilakukan oleh Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani yang menggulingkan ayahnya, Sheikh Khalifa bin Hamad al-Thani, pada 2005. Berbeda dengan ayahnya, Sheikh Hamad menjalankan politik intervensionis yang tidak sejalan dengan Arab Saudi. Hal itu berlanjut hingga saat ini. Mantan Duta Besar Indonesia untuk Qatar (2012-2016) Deddy Saiful Hadi mengatakan, konflik yang terjadi saat ini bisa dilihat sebagai konflik antarsaudara. "Saya prihatin dengan kondisi ini. Indonesia bisa menjadi fasilitator untuk membatu menyelesaikan masalah ini karena semua negara respek terhadap kita. Namun, Indonesia harus tetap netral," ujarnya.Perkuat posisiMemasuki pekan ketiga, negara-negara yang berkonflik saling memperkuat posisi politik. Qatar pada hari Senin mengajukan somasi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang aksi Liga Arab, Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir. Duta Besar Qatar untuk PBB Alya bin Ahmed al-Thani, menurut kantor berita QNA, menyampaikan surat Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdurrahman al-Thani kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan komisioner PBB urusan HAM, Emir Zeid bin Ra\'ad al-Hussein.Dalam surat itu, Qatar mengadukan blokade oleh negara tetangga serta menyampaikan apresiasi terhadap sikap positif PBB dalam krisis Teluk saat ini.Sebaliknya, Arab Saudi dan kawan-kawan juga bersikap keras. Menteri Negara Urusan Luar Negeri UEA Anwar Qarqhas, di Paris, menegaskan, blokade terhadap Qatar akan berlangsung bertahun-tahun. Wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir, melaporkan, Emir Kuwait Sheikh Sabah Ahmed al-Sabah berharap krisis Teluk diselesaikan di dalam forum Teluk sendiri. Kuwait memimpin misi mediasi krisis tersebut, tetapi belum membuahkan hasil positif. PBB sebelum ini menolak daftar 59 orang dan 12 lembaga teroris yang memiliki hubungan dengan Qatar yang dikeluarkan bersama oleh Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir. PBB menyebut embargo terhadap Qatar tidak manusiawi.